Sara Mus’ab ‘Atha Al-Barsh, bocah sepuluh tahun dari Gaza Utara, kehilangan kedua lengannya dan ayah tercintanya dalam sekejap, saat sebuah roket menghantam rumah di dekat tempat mereka berjalan bersama. Sang ayah syahid di tempat, sementara pecahan roket merenggut kedua tangan Sara.

Namun luka itu tak memadamkan harapan. Ibunya, Maha Al-Barsh, mengatakan bahwa impian terbesar putrinya adalah keluar dari Gaza suatu hari nanti, memasang tangan buatan, lalu hidup normal seperti anak-anak lain. Bahkan Sara ingin menjadi dokter spesialis prostetik agar bisa membantu mereka yang kehilangan anggota tubuh akibat perang.

Kini, Sara dan ibunya hidup dalam kepedihan di Gaza yang hancur dan terkepung, menghadapi hari-hari tanpa layanan medis memadai, tanpa ayah, dan tanpa kedua tangan. Tapi bukan tanpa harapan. Ibunya mengajarkan Sara makan, menulis, dan menggambar dengan kakinya, agar ia bisa berdiri sendiri di tengah keterbatasan.

“Aku ingin Gaza kembali seperti sebelum perang. Aku ingin mimpi buruk ini berakhir,” kata Sara kepada Al Jazeera Net. Di balik tubuh mungil yang terluka, ia membawa semangat besar untuk hidup. Sara bukan sekadar potret luka Gaza—ia adalah nyala harapan yang tak padam meski langit runtuh di sekitarnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here