Di medan Gaza, angin perlawanan berbalik kencang. Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) dan pejuang Jihad Islam meningkatkan serangan terhadap pasukan Israel di selatan dan utara Gaza, hingga mengguncang peta pertempuran dan menggoyang kursi negosiasi.

Tak hanya melawan, para pejuang Al-Qassam bahkan mencoba menangkap hidup-hidup seorang tentara Israel di Abasan al-Kabira, timur Khan Younis. Meski kondisi medan tidak mendukung, prajurit itu akhirnya ditembak mati dan senjatanya direbut.

Seorang komandan Al-Qassam menegaskan kepada Al Jazeera, “Kami belum berhasil hari ini, tapi keberhasilan akan berpihak pada kami di operasi berikutnya.” Keyakinan yang lahir dari keberanian dan strategi yang matang.

Di lapangan, Israel kini terjebak dalam posisi bertahan. Menurut analis militer Ahmad Al-Sharifi, “Sabuk api” yang dipasang Israel untuk menjaga wilayah bahkan merambah hingga dekat garis perbatasan, bukti ketakutan mendalam.

Sementara itu, perlawanan semakin leluasa melakukan serangan ofensif, mendekat ke target yang selama ini dijaga ketat.

Bulldozer raksasa Israel “D9” pun melemah. Keruntuhan teknis dan moral membuat Israel harus mendatangkan tambahan puluhan bulldozer “Caterpillar D9” dan peralatan militer lain dari AS. Bagi Israel, ini bukan sekadar kiriman logistik, melainkan sinyal bahwa mereka kehilangan keberanian menjejak lumpur Gaza.

Al-Sharifi menyebut upaya penangkapan Al-Qassam sebagai “pukulan telak terhadap tentara yang sudah runtuh moral dan strateginya.” Ia menegaskan, serangan udara Israel tak mampu lagi menutupi kegagalan mereka di medan darat.

Kondisi ini memukul keputusan politik Israel: melanjutkan perang justru menggerus legitimasi mereka sendiri. Kepercayaan pada strategi militer sebagai alat penaklukan kini rapuh.

Di saat Israel ketakutan, perlawanan justru makin memperkuat posisi di meja perundingan. Menurut Al-Sharifi, inilah momen krusial untuk menekan Israel agar menerima gencatan senjata jangka panjang yang benar-benar menjamin hak-hak 

Palestina, bukan sekadar jeda sementara.

Selasa lalu, juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaidah, menegaskan perlawanan akan terus menimbulkan kerugian harian bagi pasukan Israel dari utara hingga selatan Gaza. Ia bahkan memberi sinyal: “Penangkapan prajurit Israel dalam waktu dekat bukan sekadar mimpi, melainkan target yang semakin dekat.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here