Kolonel Hatem Karim Al-Falahi, seorang analis militer dan strategi, menegaskan bahwa operasi yang dilancarkan para pejuang Palestina di Jalur Gaza saat ini semakin memberatkan tekanan yang dihadapi pasukan pendudukan Israel. Tekanan itu menjadi berlapis, mengingat Israel juga tengah terlibat dalam konfrontasi langsung dengan Iran dan kelompok Ansharullah (Houthi).
Menurut Al-Falahi, gempuran perlawanan di titik-titik kehadiran militer Israel di Gaza mengguncang posisi mereka karena militer pendudukan kini berusaha sebisa mungkin menghindari masuk lebih dalam ke wilayah Gaza. Mereka menyadari bahwa setiap langkah agresif bisa memicu eskalasi lebih luas, sebab berbagai front kini terbuka dan mudah berkembang.
Menanggapi dinamika terbaru, militer Israel bahkan memanggil pasukan cadangan dan mengerahkan Divisi 146 ke arah utara serta ke perbatasan Yordania. Namun dalam analisisnya, Al-Falahi menyebut langkah ini tak serta-merta memperkuat posisi Israel, justru mengungkapkan lemahnya kekuatan personel dan kelelahan pasukan yang sudah sejak lama berada dalam tekanan.
Serangan Hamas Lebih Menyerang daripada Bertahan
Dalam konteks ini, serangan yang diluncurkan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menunjukkan karakter baru yang lebih ofensif daripada defensif.
Baru-baru ini, Al-Qassam sukses menggempur dua unit militer Israel: satu bersembunyi dalam sebuah rumah dan satu lagi berjalan kaki di kawasan Atatara, Beit Lahiya, Gaza utara.
Al-Falahi menyoroti bahwa Beit Lahiya adalah wilayah terbuka dan sulit dijangkau untuk operasi militer. Namun, keberhasilan Hamas menyerang dua posisi di sana menjadi bukti kemampuan mereka melakukan operasi tempur langsung sekaligus pemantauan cermat terhadap pergerakan pasukan Israel.
Ini memperlihatkan bahwa para pejuang tidak hanya bertahan, tapi juga terus membuat Israel menderita kerugian.
Menurutnya, operasi semacam ini bukan hanya terjadi di utara Gaza, tetapi juga menjalar ke wilayah selatan. Perlawanan menjadi merata, menggoyang stabilitas militer Israel dari berbagai arah.
Runtuhnya Moral Tentara dan Pemukim Israel
Di sisi lain, moral warga dan militer Israel kian tergerus oleh rentetan serangan roket dari Iran. Kolonel Al-Falahi menilai bahwa sistem pertahanan udara Israel gagal total dalam mencegat sebagian besar rudal yang ditembakkan.
Serangan roket Iran terbaru, yang mengguncang kota Bat Yam di selatan Tel Aviv tadi malam, menyebabkan kehancuran besar dan merenggut nyawa 7 orang Israel serta melukai lebih dari 200 lainnya. Sehari sebelumnya, Iran telah meluncurkan dua gelombang serangan rudal yang menghantam sejumlah kota, termasuk Tel Aviv dan Haifa.
Sumber-sumber Iran menyebut bahwa rudal yang digunakan dalam serangan itu adalah tipe taktis berkepala peledak tinggi, yang dirancang untuk memicu dampak ledakan besar dalam radius luas.