Amjad al-Shawa, Direktur Jaringan Organisasi Kemanusiaan di Gaza, menyebut situasi di wilayah terkepung ini sudah berada di titik paling suram sejak agresi Israel dimulai. Dalam wawancara dengan Al Jazeera, ia mengungkapkan bahwa saat ini porsi makanan bagi warga Gaza hanya satu roti per hari, jika pun masih tersedia.

“Setengah dari penduduk Gaza tidak lagi menemukan makanan untuk bertahan hidup. Persediaan sudah nyaris habis, dan satu-satunya yang bisa kami beri ke mereka hanyalah roti dan air, tak lebih dari 6 liter per orang per hari—jika mereka cukup beruntung mendapatkannya,” jelas al-Shawa.

Seluruh Gaza Dibakar, Tak Ada Lagi Tempat Aman

Al-Shawa menegaskan bahwa tidak ada satu titik pun yang aman di Gaza. Israel kini menargetkan seluruh wilayah tanpa pandang bulu—mulai dari tenda pengungsi hingga rumah sakit tempat warga sipil berlindung. “Perempuan dan anak-anak terbakar hidup-hidup dalam tenda dan bangsal rumah sakit. Ini bukan hanya agresi militer, ini pembumihangusan,” katanya.

Selama lebih dari 50 hari berturut-turut, Israel memblokade total bantuan kemanusiaan—tidak ada makanan, obat, bahan bakar, atau bantuan medis yang diizinkan masuk. Dampaknya, sistem kehidupan di Gaza lumpuh total. Penderita penyakit kronis seperti kanker, ginjal, diabetes, dan tekanan darah tinggi kini berada di ambang kematian karena obat dan nutrisi khusus mereka sudah tak tersedia.

Anak-Anak Alami Trauma dan Kekurangan Gizi

Kelaparan meluas, terlebih di kalangan anak-anak dan bayi. Al-Shawa mengungkapkan, susu bayi hampir sepenuhnya habis, sementara trauma psikologis menghantui anak-anak yang harus berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain tanpa tahu kapan bom akan kembali menghantam.

“Mereka hidup dalam ketakutan dan kekosongan total. Tak ada listrik, tak ada sekolah, tak ada rumah. Setiap malam hanya berisi suara dentuman dan jeritan,” kata al-Shawa.

Dapur Umum Terancam Tutup Total

Satu-satunya harapan yang tersisa adalah dapur umum atau takaaya—yang setiap hari memberi makan sebagian besar warga Gaza. Namun, kini hanya mampu memberi satu kali makan kepada separuh warga, dan itu pun berpotensi berhenti sepenuhnya dalam satu minggu ke depan karena kehabisan persediaan.

PBB: Ini Adalah Tindakan Penyiksaan yang Disengaja

UNICEF menyatakan bahwa rumah sakit anak, termasuk ruang perawatan bayi baru lahir, tidak memiliki peralatan medis yang memadai dan bekerja dalam kondisi ekstrem. Komisi PBB untuk Urusan Kemanusiaan menambahkan bahwa Gaza kini “dicekik” secara sistematis, menyebut blokade bantuan sebagai “tindakan penyiksaan yang disengaja.”

Lebih dari 50 hari telah berlalu tanpa satupun pengiriman bantuan makanan, obat, atau bahan bakar. Gudang makanan PBB nyaris kosong, air bersih menyusut drastis, dan rumah sakit tak lagi mampu menampung korban luka baru.

“Jika dunia tidak bertindak sekarang,” tegas al-Shawa, “apa yang akan tersisa dari Gaza hanya mayat dan puing.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here