Spirit of Aqsa – Turki | Forum Cendekiawan Turki untuk al-Quds menegaskan bahwa Palestina adalah persoalan seluruh umat dan merupakan jantung bagi setiap warga dan Muslim yang merdeka.
Hal tersebut ditegaskan dalam pernyataan penutupan Forum Cendekiawan Turki untuk al-Quds di Istanbul, Sabtu (7/11/2020). Forum menegaskan bahwa al-Quds dan Al-Aqsha bukanlah milik atau hak rakyat Palestina saja, melainkan milik seluruh umat Islam. Rakyat di Turki memiliki hak atas tanah suci di Palestina serupa dengan hak orang Palestina. Mereka memiliki kewajiban terhadap al-Quds, Al-Aqsha, dan Palestina, sama dengan kewajiban mereka terhadap Turki. Ini adalah yang diwajibkan oleh Islam dan oleh kemanusiaan dan keadilan.
Para peserta forum menganggap bahwa langkah beberapa rezim yang melakukan normalisasi politik, ekonomi, akademis dan budaya dengan entitas Zionis adalah pengkhianatan terhadap Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman, serta pengkhianatan terhadap al-Quds dan Masjid Al-Aqsha.
Mereka menyerukan kegiatan akademik, ilmiah dan advokasi yang damai untuk mengungkap gelombang pengkhianatan normalisasi berbahaya yang menyedihkan ini.
Para peserta forum menegaskan bahwa melawan konspirasi Amerika yang disebut “kesepakatan abad ini” (deal of century) adalah kewajiban bagi seluruh umat. Dan rakyat Turki, dengan berbagai segmennya, harus menerapkan program yang berkontribusi untuk membatalkan dan menggagalkan kesepakatan ini.
Pernyataan tersebut menyerukan kepada semua ulama umat, terutama para ulama di Turki, untuk menyatukan barisan mereka dan meninggalkan konflik, menyatukan kembali barisan serta mengatasi perbedaan di antara mereka.Hal yang bisa mempersatukan mereka jauh lebih besar daripada apa yang membuat mereka berpecah belah. Agresi yang terjadi tempat-tempat suci umat, terutama tempat isra’ Nabi saw, mengharuskan merkea untuk berada dalam satu barisan, jauh dari peselisihan dan pertengkaran yang hanya menghasilkan kegagalan total.
Forum juga menyerukan kepada semua lembaga masyarakat sipil di Turki untuk membentuk Komite al-Quds di lembaga mereka. Para peserta mendesak peluncuran pusat studi dan unit penelitian yang mengkhususkan diri dalam urusan masalah Palestina, arsip Ottoman, dan agresi Zionis terhadap al-Quds.
Mereka menyerukan dukungan akademis untuk Palestina. Yaitu dengan memasukkan isu Palestina ke dalam berbagai kurikulum universitas, mendirikan spesialisasi “Isu Palestina” dalam studi pascasarjana di universitas, dan mengalokasikan ruang bagi pelajar Palestina di universitas dalam berbagai peminatan dan spesialisasi. (PIC)