Spirit of Aqsa, Turki – Ketua Kurikulum Pendidikan Agama Turki, Dr. Nazif Yılmaz, menegaskan, Palestina merupakan garis merah bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia. Ia memaparkan kesetiaan Turki kepada Baitul Maqdis saat Kekhalifaan Turki Utsmani (1517-1924 M) belum runtuh.
Pada perang dunia 1 (1914-1918 M), Kekhalifaan Utsmaniyah menempatkan pasukan di berbagai wilayah seperti di Mesir dan Palestina. Ketika perang dunia 1 berakhir, tentara Utsamani tak mengetahui kabar tersebut hingga berbulan-bulan. Tak heran, kala itu media informasi tak secanggih saat ini.
“Mereka menunggu di pos-pos penjagaan. Tentara Utsmani tidak sekalipun berani meninggalkan Palestina dalam situasi tersebut. Kisah ini menjadi satu bukti kesetiaan Turki kepada Baitul Maqdis,” kata Dr Nazif dalam Konferensi Ilmiah Internasional untuk Pemuda di Istanbul, Turki, Ahad (29/8/2021).
Kesetiaan Turki terhadap Baitul Maqdis terus berlanjut hingga saat ini. Dr Nazif mencontohkan Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan, yang terus menyuarakan kemerdekaan Palestina di berbagai kesempatan.
“Seperti apa yang dikatakan Presiden Erdogan , Al-Quds adalah garis merah kita,” ucap Dr Nazif. Maka itu, umat Islam di seluruh dunia harus menyatukan kekuatan untuk mengusir penjajah Israel dari tanah Palestina.
Dia menyambut baik pertemuan para pemuda dari berbagai negara dalam konferensi tersebut. Menurut dia, forum itu sangat bermanfaat sebagai ajang konsolidasi dan perekat ukhuwah Islamiyah. Para pemuda dalam forum itu akan mendapatkan pemahaman mendalam tentang ilmu agama dan masalah kepalestinaan secara menyuluruh.
Dengan begitu, Dr. Nazif berharap para peserta membuat gerakan di negara-negara masing-masing untuk berkontribusi memerdekakan Palestina. Tanpa kemerdekaan Palestina, Baitul Maqdis akan terus berada dalam cengkraman penjajah Israel.
“Kita akan berbicara tentang apa yang harus kita lakukan di masa yang akan datang. Seharusnya, semua negara harus mengedapankan ilmu dan akhlak dalam pelajarannya kecuali untuk nashroniyah dan yahudiyah,” kata Dr Nazif.
Menurut dia, salah satu cara mempercepat pembebasan Baitul Maqdis adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman secara utuh. Ia menyebut era saat ini banyak penghafal Al-Qur’an, namun lemah dalam pemahaman. Ini menjadi masalah yang harus dibenahi terlebih dahulu. “Al-Quran akan membuka jalan di depan kita, ketika kita memelajarainya,” ucap Dr Nazif.