Spirit of Aqsa- Reaksi media Israel terhadap pengunduran diri Kepala Staf Militer Israel, Herzi Halevi, bervariasi. Beberapa kolumnis menyerukan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mundur, menyebut pemerintahannya sebagai bagian dari kegagalan. Sebagian lainnya menganggap pengunduran diri ini sebagai pengakuan atas kegagalan Israel dalam mengantisipasi serangan “Badai Al-Aqsa” pada 7 Oktober 2023.
Ada juga yang menyoroti bahwa pemerintahan Netanyahu dapat memanfaatkan pengunduran diri Halevi, serta perwira senior lainnya, untuk melakukan penunjukan baru yang mengukuhkan pendekatan politik sayap kanan dalam urusan militer dan politik.
Kekalahan Total
Dalam artikelnya di Maariv, mantan Menteri Kehakiman Israel, Haim Ramon, menyebut pidato pengunduran diri Halevi sebagai pengakuan bahwa “tujuan perang belum sepenuhnya tercapai, dan militer Israel akan terus bertempur untuk menghancurkan Hamas.” Ramon mengkritik strategi militer Halevi yang dinilai gagal mencapai target dan menolak distribusi bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza.
Halevi, yang pengunduran dirinya efektif mulai 6 Maret 2024, mengakui kegagalan besar militer dalam melindungi Israel. Dalam pidatonya, ia berkata, “Saya bertanggung jawab atas kegagalan militer pada 7 Oktober 2023. Tanggung jawab ini membayangi saya setiap hari dan setiap jam.” Ramon menyebut bahwa selain Halevi, Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Netanyahu juga harus bertanggung jawab atas kegagalan ini.
Seruan Mundur untuk Netanyahu
Penulis Maariv, Ben Caspit, mendesak Netanyahu dan seluruh kabinetnya untuk mundur. Ia menyebut pemerintahan saat ini sebagai “simbol kegagalan besar” dan menilai keberadaan mereka di posisi kekuasaan sebagai aib yang akan terus membebani bangsa Israel.
Kembali ke Perang
Dalam analisisnya di Yedioth Ahronoth, Nadav Eyal memperingatkan bahwa Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz dapat memanfaatkan pengunduran diri ini untuk menunjuk pejabat militer yang mendukung agenda ekstrem kanan, termasuk rencana kembali ke perang dengan Gaza. Hal ini bisa dilakukan dengan mengabaikan kesepakatan pertukaran tahanan dan melanjutkan operasi militer atas desakan kelompok sayap kanan.
Eyal juga mempertanyakan apakah Netanyahu akan memilih pejabat yang kompeten demi keamanan Israel atau hanya loyalis yang memenuhi kehendaknya.
Manipulasi Narasi
Penulis Haaretz, Yossi Verter, menyoroti bahwa pengunduran diri Halevi memperkuat narasi pemerintah Netanyahu yang menyalahkan militer atas kegagalan perang, sementara politisi dianggap tidak bersalah. Verter juga memperingatkan bahwa Netanyahu mungkin akan menunjuk pejabat militer seperti yang ia lakukan dengan kepolisian, yakni memilih loyalis untuk menguatkan kendali politiknya.
Verter menegaskan bahwa tanggung jawab utama harus dimulai dari puncak kepemimpinan politik. Tanpa itu, pengunduran diri pejabat militer hanya akan berdampak terbatas dalam menciptakan perubahan nyata.
Sumber: Media Israel