Seorang gadis kecil dari Gaza selamat secara ajaib setelah berjam-jam terperangkap di bawah reruntuhan.
Di tengah tumpukan puing, bisikan harapan mulai muncul ketika tim pertahanan sipil memanggil dengan suara gemetar: “Kami akan mengeluarkanmu, Marah.” Setelah berjam-jam menggali dan mencari, Marah Al-Haddad, gadis berusia 11 tahun, berhasil diselamatkan dari reruntuhan rumahnya yang hancur akibat serangan Israel di jantung Kota Gaza.
Namun Marah tidak keluar sendirian; ia membawa kisah penderitaan yang tak tertahankan dari bawah puing-puing itu. Dengan suara terputus-putus, ia menceritakan bahwa ibunya berbicara dengannya “dari surga”: “Aku sedang berbicara dari surga, Mama,” katanya, sementara ia menyaksikan malam berdarah di kawasan Al-Daraj, tempat rumahnya runtuh di atas para penghuninya.
Video yang merekam momen penyelamatan Marah tersebar luas di media sosial, memicu pertanyaan aktivis: “Kapan dunia akan terjaga dari apa yang terjadi di Gaza, perang pemusnahan yang berlangsung lebih dari 23 bulan, di mana warga sipil dibunuh di depan mata semua orang dengan diamnya dunia internasional?”
Beberapa aktivis menyebut apa yang terjadi sebagai “keajaiban di Gaza,” setelah tim penyelamat berhasil mengeluarkan Marah hidup-hidup setelah sekitar delapan jam terperangkap di bawah reruntuhan akibat serangan rudal dengan daya ledak tinggi yang menghantam kawasan hunian tersebut.
Lainnya menekankan bahwa kisah Marah hanyalah satu dari ratusan cerita yang ditulis anak-anak Gaza setiap hari dengan air mata dan rasa sakit mereka, sementara bayang-bayang perang terus merenggut nyawa keluarga, meninggalkan para penyintas terjebak dalam kenangan yang tak terhapuskan.
Pengamat lain menyoroti bahwa siapa pun yang menyaksikan kisah Marah akan menyadari besarnya tragedi dan penderitaan yang dialami warga Gaza selama berbulan-bulan, di tengah keterbatasan sumber daya tim penyelamat dan sulitnya mengevakuasi korban dari bawah reruntuhan, ditambah lagi dengan serangan berulang terhadap tim pertahanan sipil oleh Israel.
Seorang aktivis menulis: “Kisah Marah adalah salah satu dari cerita yang terjadi setiap jam di Gaza, dan banyak kisah serupa lainnya.” Aktivis lain menambahkan: “Gadis Marah selamat dari reruntuhan… tapi Gaza masih terus berdarah, dan darah itu akan menemaninya sepanjang hidupnya.”
Beberapa pihak menekankan bahwa Marah keluar dari reruntuhan sebagai “keajaiban kecil,” namun seluruh Gaza masih mencari jalan keselamatan, sementara anak-anaknya terus menulis cerita mereka dengan air mata dan rasa sakit di bawah tatapan dunia yang hanya diam.
Banyak pengguna media sosial memuji kerja keras tim pertahanan sipil yang terus bekerja dalam kondisi sangat sulit meski terbatas peralatan dan bahan bakar, menganggap penyelamatan Marah sebagai simbol ketahanan rakyat Palestina di tengah perang pemusnahan.
Kawasan Al-Daraj menyaksikan serangan yang termasuk yang terkuat sejak perang dimulai, mengguncang pemukiman Kota Gaza dan menyebabkan puluhan rumah runtuh di atas penghuninya, menyingkat tragedi warga Gaza yang terus menanggung harga tertinggi dari konflik yang berlangsung.










