Spirit of Aqsa, Tepi Barat- Sejak Sabtu pagi, doa-doa telah dimulai di Gereja Kelahiran di kota Bethlehem di Tepi Barat selatan sebagai perayaan Natal bagi umat Kristen Timur. Para partisipan menyatakan kesedihan mereka atas apa yang terjadi di Gaza dan berdoa untuk mereka yang berada di sana.
Mengutip Anadolu Agency, umat Kristen di Bethlehem menyatakan, Natal tahun ini penuh kesedihan karena pembantaian yang dilakukan Israel terus berlanjut. Mereka berdoa untuk anak-anak Gaza dan demi perdamaian.
Perayaan Natal di Bethlehem tahun ini berbeda dari biasanya, dengan kota suci Kristen ini tanpa tanda-tanda perayaan, tanpa hiasan dan pohon Natal.
Pada saat yang sama setiap tahunnya, Bethlehem biasanya dipadati peziarah Kristen dan turis yang mengunjungi kota ini untuk merayakan Natal. Perayaan dan pohon Natal yang dianggap sebagai salah satu pohon Natal terpenting di dunia biasanya berdiri megah.
Namun, jalanan kota tua dan tembok gereja paling penting bagi umat Kristen di dunia tidak menunjukkan tanda-tanda dekorasi dan perayaan.
Meyakini bahwa Natal tahun ini terasa suram, Nyonya Latifa Da’is, seorang Kristen dari Yerusalem, mengatakan kepada Anadolu setelah berdoa di Gereja Kelahiran, “Kami tidak merasakan kegembiraan. Tidak ada kebahagiaan karena situasi dan kondisi umum. Kami tidak bisa merayakan Natal dengan perayaan, hanya dengan doa dan ritual keagamaan tanpa tanda-tanda perayaan.”
Dia menambahkan, “Apa yang terjadi saat ini adalah kejahatan terhadap bangsa Palestina kami.”
Da’is berkata, “Pesan Natal adalah kasih dan perdamaian, dan saat ini di Tanah Damai, tidak ada perdamaian. Semua yang terjadi bertentangan dengan perdamaian dan kasih.”
Ia juga menyampaikan pesan kepada dunia, “Cukuplah dengan sejumlah besar pembunuhan dan kehancuran ini.”
“Kami Berdoa untuk Gaza,” kata seorang Kristen bernama Jack Issa kepada Anadolu, “Kami berdoa hari ini untuk Gaza, untuk menghentikan perang dan pembunuhan, untuk menghentikan aliran darah.”
Issa menambahkan, “Di Gaza, warga Palestina dibunuh tanpa pandang usia dan agama, setiap orang Palestina dibunuh, dan Bethlehem dikepung seperti kota-kota lain di Tepi Barat.”
Dia melanjutkan, “Bethlehem hari ini tanpa peziarah dan wisatawan, dan tidak ada indikasi meriahnya perayaan. Kesedihan mendominasi.”
Natal yang Penuh Duka
Wali Kota Bethlehem, Hanna Hanania, mengatakan dalam wawancara sebelumnya dengan Anadolu, “Bethlehem dan Gereja Kelahiran hari ini penuh kesedihan dan kemarahan, dan pesan kami menolak apa yang terjadi, perang pemusnahan di Gaza, dan upaya pengusiran penduduk.”
Dia menambahkan, “Bethlehem hari ini dalam kesedihan, tidak ada kegembiraan. Kami memutuskan untuk tidak menghias kota ini, dan untuk pertama kalinya, Bethlehem tanpa pohon Natal.”
Hanania menunjukkan bahwa gereja-gereja di Bethlehem dan Gereja Kelahiran, tempat kelahiran Nabi Isa, berdoa hari ini dan pada hari Natal untuk anak-anak Gaza yang dibunuh dan dibakar oleh Israel.
Dia menambahkan, “Dari tempat kelahiran Mesias, kami mengirimkan pesan kepada dunia untuk menghentikan perang ini, perang pemusnahan.”
Sejak 7 Oktober lalu, tentara Israel telah melancarkan perang menghancurkan di Gaza, menyebabkan hingga Sabtu ini, 22.722 orang syahid dan 58.166 orang terluka, sebagian besar anak-anak dan wanita, serta merusak infrastruktur secara besar-besaran dan menciptakan “bencana kemanusiaan tanpa tandingan.”