Serangan brutal kembali dilancarkan pasukan pendudukan Israel ke titik-titik distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza. Sedikitnya 93 warga Palestina syahid, sebagian besar dari mereka tengah mengantre untuk menerima bantuan makanan di Khan Younis dan Rafah, wilayah selatan Jalur Gaza. Data ini dikonfirmasi oleh sumber medis dari sejumlah rumah sakit di wilayah yang terkepung tersebut.

Pantauan langsung jurnalis Al Jazeera menunjukkan puluhan jenazah dan korban luka berdatangan ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis. Banyak di antara mereka dalam kondisi kritis, bertarung nyawa di lorong-lorong rumah sakit yang nyaris lumpuh.

Tragedi ini terjadi di tengah hujan bom yang terus menghantam area-area konsentrasi warga sipil yang kelaparan dan kehausan. Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelumnya telah memperingatkan bahwa penduduk Gaza “sekarat karena lapar” dan sangat membutuhkan air bersih, yang kini hampir mustahil didapat akibat hancurnya total infrastruktur air bersih di wilayah tersebut. Tanpa pasokan bahan bakar, distribusi air pun terhenti.

Serangan Brutal di Tengah Antrean Bantuan

Serangan terbesar hari itu terjadi di Doar At-Tahliyah, Khan Younis. Di lokasi yang dikenal sebagai pusat distribusi bantuan tersebut, Israel menembakkan rudal dan peluru ke kerumunan warga yang tengah mengantre, menyebabkan 51 orang syahid dan lebih dari 200 luka-luka, setidaknya 20 di antaranya dalam kondisi sangat parah, menurut keterangan resmi Kementerian Kesehatan Gaza.

Tak jauh dari situ, di sekitar Jalan Al-Rashid, Gaza bagian barat laut, tentara Israel kembali menarget warga yang menunggu bantuan. Dua orang syahid dan 10 lainnya terluka, sebagaimana disampaikan sumber medis setempat.

Sementara itu, di berbagai wilayah lainnya, agresi udara dan darat terus berlangsung. Di antaranya:

  • Empat warga syahid dalam pemboman rumah keluarga Abu Syamalah di Kamp Bureij.
  • Muhammad Sa’id Tanirah, syahid akibat serangan ke rumahnya di barat Deir al-Balah.
  • 10 pengungsi syahid di wilayah Mawasi akibat serangan ke tenda-tenda pengungsian.
  • Dua orang syahid di “Sekolah Salah” dan seorang wanita syahid di dekat “Menara Faisal” setelah tenda mereka dihantam serangan udara.
  • Seorang anak perempuan syahid di Jalan Gaza Lama, dan dua pria ditembak mati oleh penembak jitu Israel di dekat Jalan 10, Gaza selatan.
  • Rumah keluarga Sahbani di lingkungan Sabrah juga turut dibombardir, menyebabkan banyak korban luka.

Manipulasi Bantuan dan Runtuhnya Kemanusiaan

Sejak 27 Mei lalu, Israel mulai menjalankan distribusi bantuan melalui lembaga bernama “Gaza Humanitarian Foundation”, yang didukung langsung oleh Tel Aviv dan Washington namun ditolak oleh PBB karena tak memiliki legitimasi dan kontrol independen. Lembaga ini justru memperbesar kecurigaan bahwa bantuan digunakan sebagai alat kendali dan perang.

Israel, dengan dukungan Amerika Serikat, terus menggencarkan apa yang oleh banyak pihak disebut sebagai genosida sistematis terhadap Gaza sejak 7 Oktober 2023. Hingga kini, lebih dari 184.000 warga Palestina telah syahid atau terluka, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 11.000 orang dinyatakan hilang, sementara kelaparan mulai merenggut nyawa warga satu per satu.

Di tengah bencana ini, Israel tetap mengabaikan seruan internasional, termasuk putusan Mahkamah Internasional yang memerintahkan penghentian agresi. Sementara itu, ratusan ribu pengungsi hidup di bawah tenda-tenda rapuh, tanpa air, makanan, dan perlindungan, di atas puing-puing peradaban yang hancur.

Sumber: Al Jazeera, Anadolu Agency

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here