Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dilaporkan telah memberi restu kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk melancarkan serangan militer besar-besaran ke Jalur Gaza. Hal ini diungkap oleh surat kabar Israel Yedioth Ahronoth dalam laporannya, Selasa (5/8).
Mengutip sumber-sumber dekat Netanyahu, media itu menyebut bahwa keputusan telah diambil: Israel akan bergerak menuju pendudukan penuh atas Gaza dan menargetkan penghancuran total terhadap perlawanan yang dipimpin Hamas. Meski belum ada rapat kabinet keamanan yang digelar secara resmi, diskusi intens mengenai lanjutan perang disebut tengah berlangsung di lingkaran kekuasaan Netanyahu.
Di Washington dan Tel Aviv, narasi yang disebarkan menyatakan bahwa Hamas menolak kesepakatan damai. Namun, sejumlah analis menilai sikap keras ini lebih sebagai manuver politik dan taktik negosiasi untuk menekan pihak perlawanan, daripada rencana militer murni.
Yedioth Ahronoth juga mengungkap bahwa ada penolakan di tubuh militer Israel terhadap perluasan operasi. Ketegangan antara kubu politik dan militer dilaporkan kian memanas, bahkan bisa mendorong Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Eyal Zamir, mempertimbangkan pengunduran diri. “Jika Kepala Staf merasa ini tak sejalan dengan prinsipnya, maka lebih baik ia mundur,” ungkap salah satu sumber.
Di tengah ambisi pendudukan ini, fakta di lapangan menunjukkan bahwa selama lebih dari satu setengah tahun perang, militer Israel gagal menemukan lokasi para tentaranya yang ditawan perlawanan Palestina. Berbagai upaya penyelamatan pun berakhir tanpa hasil.