Oleh: Ustaz Umar Makka, Lc (Sekjen SoA)
Khilafah Umawiyah berdiri setelah Hasan bin Ali bin Abi Thalib memberikan tanduk kepemimpinan kepada Muawiyah bin Abu Sofyan pada tahun 40 Hijriah atau 661 Masehi. Muawiyah menjadikan Damaskus sebagai pusat kekhalifahan.
Dalam beberapa sumber disebutkan, Muawiyah bin Abu Sofyan membaiat dirinya menjadi khalifah di Masjid Al-Aqsa. Ia hendak mendapat percikan keberkahan dari tempat Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW. Masjid Al-Aqsa, disebut juga Bait Al-Maqdis, berarti “masjid yang jauh”. Masjid ini berlokasi di sebuah area persegi empat yang disebut al-Haram asy-Syarif. Luas kompleks itu sekitar 133.950 meter persegi. Berbentuk persegi empat, al-Aqsa hanya memiliki satu kubah. Orang sering salah mempersepsikan masjid ini dengan situs di sebelahnya, Dome of The Rock atau Kubah Batu yang memiliki kubah keemasan menjulang.
Jika membuka lembaran sejarah pembebasan Baitul Maqdis, peran Muawiyah tidak bisa dipandang remeh. Ia terlibat dalam perang Yarmuk pada tahun ke-13 H. Bahkan saudara kandungnya, Yazid bin Abu Sofyan merupakan salah satu komandan perang yang dikirim Abu Bakar Ash-Shiddiq ke Syam. Kemudian, pada tahun ke-17 H, ia turut membersamai Amirul Mukminin Umar bin Khattab dalam membebaskan baitul Maqdis.
Maka tidak mengherankan jika Muawiyah menobatkan diri sebagai pemimpin kaum muslimin di Masjid Al-Aqsa. Selain itu, di antara langkah pertama yang dilakukan Muawiyah saat menjabat sebagai khalifah adalah memperbaharui atau merenovasi bangunan Masjid Al-Aqsa, Masjid Al-Jami Al-Kibari atau Jami Al-Aqsa.
Masjid tersebut pertama kali dibangun pada masa Umar bin Khattab. Ia memerintahkan kaum muslimin membangun masjid di atas lokasi pertama kali ia salat di Masjid Al-Aqsa saat menerima kunci Baitul Maqdis. Masjid tersebut merupakan masjid terbesar dan terdepan ke arah kiblat di antara semua masjid yang ada di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Saat pertama kali dibangun, Jamiah Al-Aqsa hanya mampu menampung 1000 jamaah. Bangunannya pun sangat sederhana, hanya berupa tanah lapang diberi tiang dari kayu. Batasan-batasan masjid itu terbuat dari tanah. Ketika Muawiyah menjadi pemimpin umat Islam, ia merenovasi masjid tersebut. Dia membangun masjid dari batu dan menambah luasnya, sehingga mampu menampung 3000 jamaah.
Para ahli sejarah mengungkapkan, pembangunan terbaik Masjid Al-Aqsa sepanjang sejarah terhadi pada zaman khalifah-khalifah Umawiyah. Bangunan-bangunan yang saat ini masih kokoh berdiri Masjid Al-Aqsa adalah penginggalan Khilafah Umawiyah.
Bahkan, Masjid Qubbat Ash-Shakhrah (Masjid Kubah Batu) atau Kippat ha-Sela menurut kaum Yahudi dan lebih populer dengan sebutan Dome of the Rock (Kubah Batu) merupakan peninggalan khilafah Umawiyah. Bangunan ini mulai dibangun pada masa pemerintahan Sultan Abdul Malik dari Dinasti Umayyah pada tahun 687 dan selesai pada tahun 691.
Qubbah Ash-Shakhrah merupakan bangunan paling indah di kompleks Masjid Al-Aqsa. Bangunan persegi delapan berkubah emas ini disebut Kubah Batu karena di bawahnya terdapat batu fondasi yang besar dan lebar. Umat islam meyakini batu itu yang menjadi pijakan Nabi Muhammad SAW untuk naik ke langit dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Bangunan tersebut tampak semakin indah kala matahari terbit dan terbenam. Hal itu membuat orang-orang Yahudi semakin iri dan dengki terhadap Baitul Maqdis. Sehingga mereka membuat propaganda dengan menyebut bangunan itu adalah bagian dari Bait Suci yang dulu dibangun oleh Raja Solomo (Nabi Sulaiman Alaihissalam) dan menjadi kiblatnya umat Yahudi.
Bangunan-bangunan yang ada di Masjid Al-Aqsa dan masih terpelihara sampai saat ini kebanyakan dibangun pada masa Sultan Abdul Malik bin Marwan dan Sultan Al-Walid bin Malik bin Marwan. Selain Qubbah Ash-Shakhrah, Jamiah Al-Qibali juga dibangun pada masa mereka berdua.
Selain itu, para khalifah Bani Umawiyah membangun istana mereka di dekat Masjid Al-Aqsa. Puing-puing bangunan istana mereka masih bisa ditemukan di sebelah selatan Jamiah Al-Aqsa. Mereka membuat satu pintu yang menghubungkan istana dengan Masjid Al-Aqsa.
Mereka memilih lokasi itu karena beberapa ulama mengatakan ketika Nabi Muhammad Isra’ dari Madinah ke Masjid Al-Aqsa, dia masuk dari pintu An-Nadim. Itu pula yang dijadikan pintu oleh khalifah-khalifah Umawiyah.
Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis
Editor: Moe