Spirit of Aqsa, Doha – Ikatan Ulama Islam menolak hubungan diplomatik Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel. Mereka menyebut kesepakatan itu sebagai pengkhianatan besar.
“Kesepakatan yang dilakukan PM Israel Benyamin Netanyahu dan Putera Mahkota Abu Dhabi Mohammad Bin Zaid, merupakan pengkhianatan besar, dan imbalan gratis bagi kejahatan zionis terhadap Al-Quds dan hak-hak Palestina,” bunyi pernyataan Ikatan Ulama Islam, Sabtu (15/8).
Kesepakatan mencakup pembekuan aneksasi Israel atas Tepi Barat, merupakan pengakuan secara hukum terhadap hak Israel dalam memperluas kendalinya di Tepi Barat. Ikatan Ulama meminta umat Islam bersikap tegas, menolak normalisasi, serta melindungi persoalan Palestina dengan mengambil sejumlah langkah strategis.
Ikatan Ulama juga menyerukan kepada segenap elemen Palestina untuk menyatukan sikap melindungi persoalan Palestina dengan segenap kemampuan. Mereka juga meminta segenap ulama, para pemikir, politisi, untuk menunaikan kewajiban mereka terhadap persoalan Palestina.
Pada Kamis lalu, Presiden Amerika Donald Trump menginformasikan kesepakat damai Emirat dan Israel untuk memperbaiku hubungan yang disebutnya sebagai peristiwa bersejarah.
Pasca deklarasi Trump terkait normalisasi, Netanyahu mengaku berkomitmen terhadap rencana aneksasi. Kendati begitu, dalam sebuah konferensi pers bersama Amerika, Israel dan Emirat, dirinya menyebutkan bahwa Tel Aviv akan menghentikan aneksasi pencaplokan wilayah Palestina.
Deklarasi kesepakatan damai antara Tel Aviv dan Abu Dhabi, merupakan rangkaian perjalanan panjang kerjasama, kordinasi dan komunikasi serta pertukaran kunjungan antara dua Negara.
Normalisasi tersebut mendapat penentangan luas pihak Palestina, mulai otoritas Palestina dan faksi-faksi utama, seperti Hamas, Fatah, dan Jihad Islami. Otoritas Palestina menganggap langkah Emirat sebagai pengkhianatan terhadap Al-Quds, Al-Aqsha dan persoalan Palestina. (Admin/Palinfo)