“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra: 31)

Oleh: Ustadz Dr. Umar Makka, Lc

Setiap manusia telah memiliki rezekinya masing-masing. Allah Ta’ala telah menjamin akan hal itu. Rezeki bisa berupa harta, teman, keluarga, hingga jodoh.

وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَاِيَّاكُمْۗ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيْرًا

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra: 31)

Di antara pelajaran penting dari ayat di atas adalah larangan Allah Ta’ala untuk membunuh anak karena takut akan kemiskinan. Praktik semacam ini dilakukan oleh orang-orang jahiliyah sebelum datang Islam membawa cahaya di muka bumi. Orang jahiliyah merasa hina dan malu jika direzekikan anak perempuan. Tidak sedikit di antara mereka yang membunuh anak dengan dalih harga diri.

Pelajaran kedua dari ayat ini adalah setiap mahluk telah dijamin rezekinya oleh Allah. “Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu.” Pada ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا مِنۡ دَآ بَّةٍ فِى الۡاَرۡضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزۡقُهَا

“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. (QS. Hud: 6)

Maka itu seorang mukmin tidak boleh takut direzekikan banyak anak. Bahkan Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak keturunan. Beliau bersabda, ““Nikahilah perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya) dan yang dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan umat-umat (yang terdahulu)” [Shahih Riwayat Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim dari jalan Ma’qil bin Yasar]

Atas anjuran ini, para sahabat memiliki banyak keturunan. Anas bin Malik, Ali bin Abi Thalib, sampai Umar bin Khattab adalah sahabat yang memiliki banyak anak. Ini karena orang yang beriman yakin bahwa anak yang lahir kecuali rezeki mereka sudah dijamin oleh Allah. Hari ini, banyak orang memiliki banyak anak, karena takut tidak mampu memberi nafkah kepada mereka. Padahal, setiap anak yang lahir disertai jaminan rezeki.

Pelajaran ketiga dari ayat di atas adalah motivasi agar tidak takut meninggalkan sesuatu yang dilarang oleh Allah karena takut miskin. Misalnya tak perlu takut meninggalkan riba karena takut miskin. Ini karena Allah telah menjamin rezeki halal bagi hamba-Nya.

Terakhir, Allah menegaskan, “Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” Praktik ini sempat dilakukan oleh orang-orang jahiliyah sebelum datang Islam. Hari ini pun banyak orang jahiliyah pada masa modern. Perilaku mereka bahkan jauh lebih buruk dari jahiliyah terdahulu.

Orang jahiliyah sebelum Islam membunuh anak mereka ketika sudah tau jenis kelaminnya, yaitu perempuan. “”Apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam) dan dia sangat marah. Lalu dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang diterimanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah, alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan.” (QS an-Nahl: 58-59)

Hari ini ada banyak orang yang lebih jahiliyah daripada orang jahiliyah terdahulu. Mereka membunuh anak mereka sebelum mengetahui jenis kelaminnya. Ingat, ayat di atas menegaskan bahwa membunuh anak adalah dosa besar.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here