Sebuah pernyataan keras dari lembaga keagamaan tertinggi Mesir, Al-Azhar Al-Syarif, yang menyerukan penyelamatan rakyat Gaza dari kelaparan, mendadak dihapus dari akun media sosial resminya hanya beberapa menit setelah dipublikasikan. Langkah tersebut memicu sorotan dan kritik luas, terutama di media sosial, karena dianggap mencerminkan tekanan politik terhadap suara-suara moral di dunia Arab.
Dalam pernyataan yang telah dihapus itu, Syekh Al-Azhar, Ahmad Al-Tayyeb, menyampaikan seruan mendesak kepada masyarakat dunia, tokoh-tokoh agama, dan pemilik hati nurani untuk segera bertindak menyelamatkan rakyat Gaza dari kelaparan yang digambarkan sebagai “pembunuhan massal perlahan” akibat blokade Israel yang terus berlanjut.
“Al-Azhar menyaksikan ribuan anak-anak dan orang dewasa sekarat akibat kelaparan dan kehausan, sementara dunia hanya diam menyaksikan,” bunyi kutipan dalam pernyataan tersebut.
Lembaga ini juga menyebut kelaparan yang terjadi sebagai bentuk kejahatan genosida yang belum pernah terjadi dalam sejarah modern, dan mengecam keras komunitas internasional yang diam ataupun mendukung pendudukan Israel di Gaza.
Pernyataan itu menyoroti bagaimana penjajah Israel menargetkan tenda-tenda pengungsi, membunuh anak-anak, dan menyerang pusat distribusi bantuan kemanusiaan. Al-Azhar menyebut tindakan tersebut sebagai bagian dari strategi penghancuran sistematis terhadap rakyat Palestina.
Lebih lanjut, Al-Azhar mengajak dunia untuk tidak tinggal diam dan mendesak agar bantuan kemanusiaan diizinkan masuk secara aman ke Gaza, serta membuka jalur pengobatan bagi korban luka dan penderita penyakit. Lembaga ini juga memperingatkan bahwa diam terhadap kejahatan ini adalah bentuk partisipasi dalam kejahatan itu sendiri.
Pernyataan itu ditutup dengan doa kemenangan bagi rakyat tertindas dan kutukan terhadap para penjajah:
“Ya Allah, hancurkan para penjajah. Keringkan lidah mereka, lumpuhkan senjata mereka, dan turunkan kepada mereka siksa-Mu, wahai Tuhan semesta alam.”
Namun, hanya berselang beberapa menit setelah unggahan tersebut dipublikasikan, pernyataan itu tiba-tiba hilang dari akun resmi Al-Azhar. Belum ada penjelasan resmi mengenai alasan penghapusan tersebut, namun banyak pengamat menduga hal ini terkait tekanan politik internal maupun eksternal terhadap Pemerintah Mesir.
Penghapusan ini justru memperkuat kritik terhadap sikap diam negara-negara Arab terhadap tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Gaza. Sejumlah tokoh publik menyebutnya sebagai bukti bahwa suara kebenaran sekalipun bisa dibungkam demi stabilitas politik semu.