GAZA – Pesawat tempur dan artileri Israel kembali menghantam Hayy az-Zaytoun, salah satu distrik terbesar di Kota Gaza. Serangan yang berlangsung tanpa jeda selama tiga hari ini menghancurkan sedikitnya 300 rumah, memaksa ribuan warga mengungsi, dan menyebabkan banyak keluarga syahid di dalam rumah mereka.
Serangan ini terjadi hanya sehari setelah rumah sakit di Gaza mencatat 100 korban jiwa akibat bombardir Israel di berbagai wilayah, termasuk 38 orang yang syahid saat menunggu bantuan kemanusiaan.
Hayy az-Zaytoun, yang terletak di tenggara Kota Gaza, telah menjadi target operasi militer intensif sejak awal pekan. Rumah-rumah diledakkan menggunakan bom berkekuatan tinggi, menghancurkan area sekitar target dan menimbulkan kerusakan luas.
Menurut Mahmoud Basal, juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, tak sedikit bangunan bertingkat lebih dari lima lantai menjadi sasaran, menebar ketakutan massal dan memaksa gelombang pengungsian baru.
Wilayah ini berbatasan dengan Wadi Gaza (disebut Israel sebagai “Poros Netzarim”) yang sepenuhnya berada di bawah kontrol militer Israel. Penduduk dilarang menetap atau mendekat, kecuali untuk menerima bantuan kemanusiaan yang diklaim berasal dari AS.
Serangan besar ini bertepatan dengan persetujuan resmi Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir, atas rencana “pendudukan penuh” Gaza, termasuk invasi ke Hayy az-Zaytoun. Rencana yang diusulkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ini dimulai dengan pengusiran sekitar satu juta penduduk Kota Gaza ke selatan, pengepungan penuh, lalu penyisiran ke permukiman.
Tahap berikutnya menargetkan kamp-kamp pengungsi di pusat Gaza, yang sebagian besar telah hancur sejak agresi dimulai pada 7 Oktober 2023. Meski menuai protes di Israel (bahkan diperingatkan oleh militer sendiri sebagai “jebakan strategis”) pemerintah tetap melanjutkan operasi.