Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan keberhasilan salah satu pejuangnya dalam menembak tepat sasaran seorang tentara Israel di timur Shujaiyah, Kota Gaza, pada Selasa (27/5).
Tak hanya itu, dua hari sebelumnya, Al-Qassam juga melancarkan serangan mematikan dengan proyektil ke arah pasukan Zionis berjumlah 10 orang di Al-Atatra, Beit Lahia, Gaza utara. Serangan itu disebut menewaskan dan melukai sejumlah personel musuh.
Laporan dari media Israel menyebutkan bahwa dua tentara mereka mengalami luka kritis dalam pertempuran di Beit Lahia pada hari yang sama.
Sementara itu, operasi ganda Al-Qassam di Al-Qararah, timur Khan Younis, menjadi salah satu serangan paling menghancurkan pekan ini. Pasukan Israel yang bersembunyi di sebuah rumah berhasil dijebak oleh para pejuang. Rumah itu diledakkan dengan bom berkekuatan tinggi, meruntuhkan bangunan bersama para tentara yang ada di dalamnya.
Tak berhenti di situ, saat bala bantuan musuh tiba di lokasi, para pejuang meledakkan mulut terowongan dan langsung melibatkan mereka dalam kontak senjata jarak dekat dengan senapan ringan. Helikopter Israel terlihat mendarat untuk mengevakuasi korban luka dari lokasi kejadian.
Menurut Al-Qassam, operasi tersebut dilakukan Selasa pagi, 20 Mei, sebagai respons atas kejahatan penjajah yang terus berulang dan sebagai penegasan bahwa jalan perlawanan tak akan surut.
Data resmi militer Israel menyebut bahwa sejak agresi dimulai 7 Oktober 2023, sebanyak 854 tentara dan perwira tewas, 413 di antaranya dalam pertempuran darat. Namun, angka ini masih menjadi perdebatan luas.
Banyak pihak menuduh militer Israel menyembunyikan kerugian nyawa yang sesungguhnya. Pasalnya, berbagai pengumuman dari faksi perlawanan Palestina kerap mengonfirmasi operasi dan penyergapan yang menghasilkan korban di pihak Israel—namun tak pernah diakui secara terbuka oleh militer Zionis.
Dalam bayang-bayang propaganda dan sensor militer, perlawanan di Gaza terus mengirim pesan: penjajahan akan dibalas, dan perlawanan tak akan dibungkam.
