Spirit of Aqsa, Jalur Gaza- Pabrik-pabrik roti di Gaza menjadi target serangan pemboman penjajah Israel. Al Jazeera mengungkapkan, saat ini hanya ada satu pabrik roti yang tersisa dari 23 pabrik roti yang ada di Jalur Gaza.
Serangan penjajah Israel terhadap Gaza juga membuat persediaan makanan di Palestina semakin menipis setiap hari. Akses terhadap roti di selatan Gaza juga sulit. Pabrik yang menggiling gandum di Gaza dilaporkan tidak dapat beroperasi karena kekurangan listrik dan bahan bakar.
Saat ini, hanya terdapat satu toko roti yang dikontrak oleh Program Pangan Dunia (WFP) dan delapan pabrik roti lainnya di wilayah selatan yang menyediakan roti ke tempat pengungsian. Itu pun juga sangat bergantung pada ketersediaan tepung dan bahan bakar.
Per 6 November 2023, hanya terdapat satu pabrik roti yang dilaporkan masih beroperasi di kota Gaza dan satu lagi di Gaza utara. Minimnya toko roti di Gaza yang masih beroperasi menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan pangan warga Gaza. Mereka yang mampu membeli tepung terigu dan mampu memasak memilih untuk membuat roti sendiri di rumah.
Melansir dari Al-Jazeera, Kamis (9/11/2023), warga Gaza kini harus mengantre berjam-jam hanya untuk mendapatkan sekantong roti pita untuk memenuhi kebutuhan mereka. Bahkan di beberapa daerah masyarakat sudah memulai antrean dari sebelum pagi hanya untuk mendapatkan roti pita.
Hal tersebut merupakan salah satu dampak dari pengepungan total oleh penjajah Israel terhadap wilayah-wilayah yang diblokade yang sampai saat ini masih terus berlanjut. Makanan pokok dan roti semakin sulit didapatkan oleh masyarakat Gaza dari hari ke hari.
Ketua Asosiasi Pemilik Pabrik Roti di Jalur Gaza, Abdelnasser al-Jarmi, mengatakan, toko roti di Gaza telah membatasi operasi mereka dikarenakan kekurangan bahan bakar, listrik, dan cadangan energi surya yang berfungsi sebagai generator. Selain itu, Gaza juga mengalami kekurangan tepung dalam jumlah besar.
“Badan pengungsi PBB memiliki 30.000 ton tepung yang seharusnya dibagikan kepada para pengungsi sebelum perang pecah pada 7 Oktober. Pabrik roti mengambil sebagian tepung untuk membuat roti dan menyediakannya kepada masyarakat,” katanya.
Sumber: Al Jazeera