Spirit of Aqsa- Di tengah pembantaian dan kehancuran besar yang disebabkan oleh serangan Israel di Gaza, sejarawan Israel spesialis Holocaust, Amos Goldberg, menyatakan bahwa Israel telah “bereaksi secara berlebihan dan kriminal” terhadap operasi Hamas pada 7 Oktober. Goldberg menilai Israel melakukan “genosida” di Gaza.

Dalam wawancaranya dengan Le Monde, Goldberg menjelaskan bahwa butuh waktu untuk menyampaikan tuduhan tersebut. Menurutnya, serangan pada 7 Oktober adalah kejadian mengejutkan yang tak pernah terjadi sebelumnya. Meskipun ia memahami konteks pendudukan, apartheid, dan blokade, ia menilai hal-hal tersebut tidak bisa membenarkan kebrutalan yang terjadi.

Setelah serangan, Israel langsung merespons dengan serangan intensif yang mengakibatkan ribuan korban sipil. Narasi genosida mulai mendominasi pemberitaan, dengan pernyataan dari pejabat-pejabat Israel, seperti Menteri Pertahanan Yoav Gallant yang menyebut warga Palestina sebagai “binatang liar” dan Presiden Isaac Herzog yang mengatakan “seluruh bangsa ini bertanggung jawab.”

Kecaman terhadap Retorika Israel

Goldberg, bersama 50 akademisi lainnya, menandatangani surat terbuka yang mengecam retorika genosida yang muncul dalam wacana publik di Israel. Ia mulai menulis bahwa “ya, ini adalah genosida” dalam bahasa Ibrani, dan kemudian teks tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dibaca luas di dunia.

Ketika ditanya bagaimana ia bisa sampai pada kesimpulan bahwa negaranya, yang didirikan sebagai respon terhadap Holocaust, melakukan genosida, Goldberg menjawab bahwa hal tersebut sangat menyakitkan baginya. Ia telah lama menentang pendudukan dan apartheid, namun tidak pernah membayangkan bahwa Israel akan melakukan kekejaman seperti ini.

Melewati Ambang Genosida

Meskipun bukan ahli hukum, Goldberg dan banyak ahli hukum internasional yakin bahwa Israel telah melampaui ambang genosida. Mahkamah Internasional menyatakan tuduhan genosida ini “masuk akal,” didukung oleh pelapor khusus PBB dan ratusan akademisi serta pengacara.

Goldberg menegaskan bahwa Gaza telah hancur, dengan tingkat pembunuhan massal yang mengakibatkan kehancuran infrastruktur, rumah sakit, universitas, dan pengungsian besar-besaran. Ia menyebut hal ini sesuai dengan definisi genosida yang dirumuskan oleh Raphael Lemkin, pencetus istilah tersebut dan inisiator Mahkamah Internasional.

Keraguan terhadap Tujuan Perang

Goldberg menunjukkan bahwa semakin banyak warga Israel, meski tidak menggunakan istilah “genosida,” mulai meragukan tujuan dan kelanjutan perang ini, sementara sebagian kecil lainnya menentangnya atas dasar moral.

Menurut Goldberg, dunia tidak bisa menunggu keputusan Mahkamah Internasional, karena pada saat itu mungkin sudah terlambat bagi rakyat Gaza. “Kita menghadapi genosida dengan banyak bukti,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa, jika pengadilan nanti tidak mengakui genosida, setidaknya masih ada kejahatan perang serius dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Ancaman Eksistensial bagi Palestina

Saat ditanya mengenai kekhawatiran eksistensial dari kedua belah pihak, Holocaust bagi Yahudi dan Nakba bagi Palestina, Goldberg menyatakan bahwa perbandingan ini tidak relevan. Israel memiliki kekuatan militer besar, dan situasi ini lebih merupakan Nakba kedua bagi Palestina, karena mereka hidup dalam kondisi yang mengancam keberlangsungan mereka.

Goldberg menutup wawancara dengan pandangan suram tentang masa depan: “Darah, darah, darah. Saya hanya melihat masa depan yang mengerikan.” Namun, ia berharap bahwa kemanusiaan bersama akan bertahan, dan perubahan akan datang di masa depan, meskipun hal itu tampaknya masih jauh.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here