Rakyat Palestina tidak tinggal diam. Di tengah ancaman baru Israel untuk memperluas agresi militer dan merampas sisa wilayah Gaza, warga dan pejuang Palestina menyatakan sikap: mereka takkan pergi, takkan tunduk. Mereka memilih bertahan di tanah sendiri, meski risiko nyawa di depan mata.
“Kami tidak akan mengulangi kesalahan,” ujar salah satu warga kepada Aljazirah, mengacu pada keputusan untuk tidak lagi mengikuti perintah evakuasi ke selatan Gaza seperti di awal agresi.
Bagi mereka, kembali mengungsi hanya berarti mempercepat rencana pengusiran dan pembersihan etnis yang dijalankan Israel. Banyak yang berkata: lebih baik syahid di kampung halaman daripada terusir dari tanah air.
Sikap tegas ini bukan hanya datang dari warga sipil. Faksi-faksi perlawanan bersenjata Palestina telah meningkatkan kewaspadaan penuh. Komandan lapangan menyatakan kesiapan menghadapi semua kemungkinan, termasuk upaya Israel untuk menduduki kembali Gaza secara penuh.
“Kami tidak menunggu Israel bergerak. Kami sudah bersiap sejak hari pertama mereka memutuskan kembali berperang,” kata salah satu komandan kepada Aljazirah.
Menurutnya, struktur militer perlawanan telah direorganisasi bahkan dalam situasi tergelap sekalipun. Mereka belajar dari tiap konfrontasi, memperkuat doktrin, dan menjaga daya tempur secara berkelanjutan. Kini, setiap inci tanah Gaza siap menjadi medan pertahanan, bukan ladang pengungsian.
Israel Sahkan Pencaplokan Total, Rencana Pengusiran Massal Disiapkan
Kabinet Keamanan Israel telah menyetujui rencana pencaplokan penuh Jalur Gaza tanpa batas waktu. Dengan dalih “keamanan,” Israel akan memperluas operasi militer secara bertahap, wilayah demi wilayah, disertai seruan evakuasi massal bagi ratusan ribu warga sipil.
Laporan Associated Press menyebut, rencana ini disebut untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan sandera. Namun kenyataannya, yang terjadi adalah pengungsian paksa dan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.
Netanyahu terang-terangan menyatakan bahwa serangan ini bukan sekadar operasi masuk dan mundur. Ia menyebut tentara Israel akan tetap berada di Gaza hingga waktu yang tidak ditentukan.
“Penduduk akan dipindahkan demi keselamatan mereka,” katanya — narasi yang oleh banyak pihak disebut sebagai kamuflase pengusiran massal.
Perlawanan Palestina: Kami Takkan Tunduk, Kami Tetap Berdiri
Pemimpin Hamas, Mahmoud al-Mardawi, menegaskan bahwa semua upaya pendudukan untuk mematahkan semangat rakyat Palestina akan gagal.
Menurutnya, rencana invasi hanyalah bagian dari strategi lama Israel untuk memaksa warga menyerah dan meninggalkan tempat suci mereka.Hamas menolak setiap bentuk “tawaran damai” yang tidak memenuhi tuntutan rakyat Palestina.
Sikap mereka jelas: perjanjian hanya bisa terjadi jika ada gencatan senjata menyeluruh, penarikan penuh pasukan pendudukan, pembebasan semua sandera, dan dimulainya rekonstruksi Gaza.
Sementara Israel terus berbicara soal “keamanan” dan “pembebasan sandera,” warga Gaza terus menggenggam satu hal: hak untuk hidup, untuk kembali, dan untuk tetap ada di tanah mereka. Karena bagi mereka, Gaza bukan sekadar tempat tinggal. Gaza adalah keberadaan.