Sulaiman Al-Najada bersama keluarga terpaksa melarikan diri setelah melihat gerombolan pemukim Israel menyerang tenda mereka. Para pemukim radikal itu membakar tenda, kandang domba, dan merusak semua barang milik Sulaiman yang terletak di salah satu lokasi pengungsian di Lembah Yordan, Tepi Barat, Palestina.

Peristiwa itu terjadi sekira satu jam sebelum buka puasa. Gerombolan pemukim berkumpul di lereng gunung dan mempersiapkan serangan. Sulaiman lalu mengabari keluarga dan kerabat untuk segera meninggalkan tempat tersebut.

“Mereka datang merusak dan memukul dengan tongkat dan batu seperti yang biasa mereka lakukan selama enam bulan terakhir, tetapi mereka membakar rumah saya dan rumah saudara saya, jika kami terlambat sedikit lagi, kami juga akan terbakar,” kata Sulaiman, dikutip Aljazeera Arabic, Selasa (9/4/2024).

Peristiwa penyerangan yang dilakukan sudah sering terjadi. Serangan serupa meningkat sejak 7 Oktober lalu, bertepatan dengan pembantaian yang dilakukan militer Israel di Jalur gaza. Tujuan para pemukim tersebut hendak menguir warga Palestina yang ada di sana agar bisa menguasai tanah mereka.

Ada sekitar 110 keluarga yang tinggal di daerah pengungsian tersebut. Mereka hampir setiap haris diserang oleh pemukim, seperti mencuri domba, menghancurkan rumah, merusak properti, melarang bertani, hingga serangan kekerasan.

“Serangan para pemukim semakin meningkat. Setiap pagi mereka turun dari gunung, mereka menghalangi domba kami untuk merumput, mereka menyerang kami dengan pukulan dan kekerasan, mereka merusak tenda-tenda, tetapi ketika mereka sampai pada tahap membakar rumah kami, tujuannya menjadi jelas, mereka mencoba untuk membunuh kita semua,” ujar Sulaiman.

Tak hanya daerah tempat Sulaima, penduduk Shalal Al-Auja di Lembah Yordan juga mendapat perlakuan serupa. Para pemukim yang dibeking pihak aparat keamanan Israel terus mengganggu dan berusaha mengusir warga Palestina dari Lembah Yordan.

Warga Palestina yang ada di sana terus terintimidasi. Apalagi, para pemukim kerap mencuri domba, padahal satu-satunya mata pencaharian mereka. Mereka juga berulang kali mencoba membakar setiap tenda tempat warga Palestina di sana.

Gunakan Kekuatan Militer untuk Usir Warga Sipil

Kelompok aktivis penentang Apartheid mencatat peningkatan serangan pemukim Israel sejak 7 Oktober 2023. Para pemukim memanfaatkan fokus media di Jalur Gaza, sehingga liputan di Tepi Barat dan Al-Quds berkurang.

Jurubicara kelompok itu, Amir Dawood, mengatakan, hukum internasional sebenarnya melarang pengusiran warga sipil. Termasuk Konveni Jenewa yang melarang negara pendudukan menghancurkan properti tetap atau bergerak yang berkaitan dengan individu, kelompok, negara atau otoritas umum.

Namun, hal itu dilanggar oleh Israel. Tercatat Israel telah melakukan pengusiran terhadap 25 pemukiman Badui Palestina, termasuk 220 keluarga, dan 1.277 orang.

Operasi pengusiran paling mencolok terjadi di Wadi Al-Siqa di timur Ramallah. Militer Israel melakukan serangkain serangan bersenjata pada Oktober 2023. Tercatat 30 keluarga terpaksa meninggalkan daerah tersebut karena terus diintimadasi oleh militer Israel, termasuk 40 anak-anak.

Selain itu, Israel juga telah mengusir warga di pemukiman Khirbet Zanuta, distrik Dahiyya, distrik Hebron, selatan Lembah Yordan. Ada 36 keluarga yang terdiri dari 400 orang diusir dari tempat tersebut. Selain itu, ada 4.700 domba terusir.

Komunitas Badui di Khirbet Ayn al-Rash, timur Ramallah dan Jab’ait di utara Ramallah juga telah diusir dari tempat tinggal mereka. Ada 23 keluarga di tempat itu. Para pemukim Israel telah mengambil alih bahkan mencuri domba-domba mereka.

Peningkatan Pengungsian dan Kekerasan

Laporan tahunan OCHA menyatakan, 1.257 warga Palestina telah diusir dari tempat tinggal mereka sejak 7 Oktober. Kekerasan yang dilakukan pemikim Israel juga meningkat dalam rentan waktu tersebut.

Sejak akhit 2022, sebanyak 15 pemukiman Badui telah diusir dari Lembah Yordan. Artinya, pemukim Israel merampok hak milik warga Palestina sebanyak itu pula.

OCHA mencatat terjadi peningkatan serangan tujuh kali per hari. Para pemukim Israel bahkan selalu mengintai dengan maksud mengintimadasi mereka. Bahkan, 7 Oktober sampai Desember 2023 terdapat 198 keluarga telah diusir, termausk 586 anak-anak.

Di Lembah Yordan utara, upaya pengusiran warga Palestina dari pemukiman dan khirbah badui tidak pernah berhenti bahkan sebelum perang di Gaza. Israel menggunakan berbagai cara dan tekanan pada penduduk di wilayah yang mencakup 30% dari wilayah Tepi Barat. Mereka dilarang membangun atau memperluas infrastruktur air dan listrik, atau melakukan pertanian di wilayah yang memiliki sumber air.

Namun, setelah perang di Gaza, tekanan Israel terhadap warga Palestina di Lembah Utara meningkat. Israel memberika keleluasaan kepada pemukim untuk mengendalikan tanah di desa-desa seperti Khirbet, Bardala, dan Ayn al-Bayda, memberi mereka wewenang untuk mencegah warga Palestina bertani atau mengembala, atau bahkan bergerak di wilayah tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here