Di langit Gaza, bantuan dijatuhkan dari pesawat, seolah langit berbelas kasih. Namun di tanah yang retak karena kelaparan dan luka, rakyat hanya melihatnya sebagai pertunjukan sinis. Serangkaian pengiriman bantuan udara ke Gaza (di tengah terus berlangsungnya pembantaian terhadap warga yang kelaparan) telah memicu kemarahan luas dari para aktivis dan warganet di berbagai platform media sosial.

Mereka menyebut operasi ini bukan sebagai langkah kemanusiaan, melainkan “aksi panggung memalukan” yang jauh dari makna solidaritas. Dalam pandangan para aktivis, apa yang disebut bantuan itu hanyalah bagian dari propaganda visual untuk memoles citra Israel di tengah krisis kemanusiaan yang kian dalam dan peringatan akan kelaparan massal yang mengancam lebih dari dua juta jiwa.

Militer Israel sebelumnya mengumumkan bahwa sejumlah negara asing akan kembali melakukan pengiriman bantuan udara ke Gaza, dalam rangka “memfasilitasi distribusi bantuan.” Namun para pengamat menyebut pengumuman itu tak lebih dari upaya menurunkan tekanan internasional dan membersihkan citra Israel dari tudingan bahwa mereka menggunakan kelaparan sebagai senjata pembunuh massal.

“Ini bukan bantuan, ini hanya tipuan,” tulis salah satu warganet. Lainnya menyebutnya sebagai “teater kemanusiaan yang bahkan tidak mampu mengenyangkan satu jalan kecil pun.” Dalam beberapa dokumentasi, disebutkan bahwa satu pesawat hanya menjatuhkan tujuh palet, bahkan tak setara dengan satu truk penuh, dan itu pun dijatuhkan di area berbahaya di Khan Younis, tempat evakuasi yang sudah penuh sesak dan rawan korban jiwa.

Aktivis lain menambahkan, “Tiga pesawat menjatuhkan 25 ton bantuan. Itu hanya setara dua truk. Gaza butuh ratusan truk setiap hari. Matematika ini tidak masuk akal. Solusinya hanya satu: buka gerbang perbatasan.”

Kritik juga mengalir deras terhadap cara penurunan bantuan yang dinilai tidak sesuai dengan kondisi Gaza saat ini—sebuah wilayah yang telah berubah menjadi lautan tenda-tenda darurat dan reruntuhan. Banyak bantuan yang justru jatuh menimpa tenda-tenda dan menyebabkan korban jiwa.

Bukan Solusi, Melainkan Manipulasi

Para aktivis sepakat: pengiriman bantuan udara bukanlah solusi. Ia hanyalah bagian dari “arsitektur kelaparan” yang sengaja dirancang untuk menahan amarah dunia setelah gambar-gambar penderitaan warga Gaza menyebar luas. Israel, menurut mereka, sedang mencoba menampilkan diri sebagai penyelamat, sementara ia tetap menjadi pelaku utama krisis itu sendiri.

“Yang ingin Israel ekspor ke dunia adalah berita bahwa mereka izinkan bantuan udara. Tapi yang mereka lakukan bukan meredakan bencana, melainkan membekukannya, membuatnya bertahan lebih lama,” ujar salah seorang pengamat.

Bagi sebagian besar pengguna media sosial, inti dari operasi ini adalah mempermalukan rakyat Palestina, menciptakan gambaran bahwa mereka telah menyerah, bahwa perjuangan mereka kini ditukar dengan sekarung tepung yang dijatuhkan dari langit. “Ini bukan soal bantuan,” tulis seorang aktivis, “ini tentang penghinaan yang dikemas dengan parasut.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here