Spirit of Aqsa, Palestina- Direktur majalah Perancis “Orient 21,” Alain Gresh, membandingkan peristiwa Oktober 1973 yang membuat zionis Israel terguncang dengan peristiwa 7 Oktober 2023. Brigade Al-Qassam mengejutkan dunia militer dengan melakukan perlawanan yang bahkan mengeco intelijen terbaik dunia.

Gresh mengatakan, rakyat Palestina memiliki kesabaran yang tinggi. Kesabaran itu yang menjadi salah satu kunci utama kehebatan strategi Taufan Al-Aqsa. “Kesombongan penjajah Israel membutakannya,” ucapnya. Bagi Israel, kata dia, pendudukan atas tanah Arab bisa saja berlanjut tanpa reaksi dan tanpa batas waktu.

“Seperti pada Perang Oktober 1973, Tel Aviv dikejutkan oleh serangan Palestina dan mengalami kekalahan militer yang sangat besar. Seperti dalam Perang Oktober, arogansi penjajah, kebenciannya terhadap Palestina, dan keyakinan pemerintah Yahudi yang fanatik bahwa Tuhan ada di pihaknya, turut menyebabkan kebutaan mereka,” kata Gresh.

Menurutnya, perlawanan yang dilancarkan Hamas dua hari lalu tidak hanya mengejutkan karena waktu yang dipilih, namun juga karena ukuran dan organisasinya, serta kemampuan militer yang dikerahkan.

Gresh ingat bahwa banyak komentator di Eropa dan Amerika Serikat pada saat itu mengutuk apa yang mereka sebut sebagai “agresi Mesir-Suriah” yang “tidak dapat dibenarkan dan tidak bermoral”, dan mencatat bahwa “para pemimpin Israel menyukai frasa ini, yang memungkinkan mereka mengaburkan akar konflik, yaitu pendudukan.”

Gresh bertanya-tanya, “Jika keinginan untuk mengakhiri pendudukan Sinai dan Golan adalah sah pada tahun 1973, bagaimana keinginan rakyat Palestina untuk membebaskan diri dari pendudukan Israel menjadi tidak sah saat ini, 50 tahun kemudian?”

Dia menekankan, proses ini menyatukan seluruh warga Palestina dan memicu dukungan luas di dunia Arab, meskipun para pemimpinnya berupaya untuk menormalisasi hubungan dengan Israel dan mengorbankan Palestina.

“Setiap kali Palestina bangkit, Barat menyerukan terorisme, padahal Baratlah yang tidak segan-segan mengagung-agungkan perlawanan Ukraina. Oleh karena itu, Presiden Emmanuel Macron “mengutuk keras serangan teroris yang saat ini melanda Israel,” tanpa mengatakan sepatah kata pun tentang kelanjutan pendudukan, yang merupakan sumber kekerasan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here