Ramiz Alakbarov, Wakil Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, menggambarkan gencatan senjata di Gaza sebagai “rapuh”, sekaligus memperingatkan meningkatnya risiko kematian akibat cuaca dingin dan krisis kemanusiaan. Pernyataan ini disampaikannya di hadapan Dewan Keamanan PBB, Selasa (17/12), dalam diskusi tentang situasi di Timur Tengah.
Alakbarov menekankan, akses kemanusiaan ke Gaza terbatas dan terhambat oleh kendala keamanan yang diberlakukan Israel, sehingga pasokan bantuan sulit masuk secara rutin. Ia mengecam serangan Israel yang menargetkan warga sipil dan menghancurkan infrastruktur vital, memperparah penderitaan masyarakat.
Meski menyambut langkah Hamas membebaskan tahanan Israel dan mengembalikan jenazah, serta upaya para mediator untuk mencegah eskalasi, Alakbarov menekankan perlunya dukungan penuh terhadap gencatan senjata dan tindakan segera untuk rekonstruksi. Ia menyoroti krisis kemanusiaan berkelanjutan di Gaza, di tengah kerusakan infrastruktur masif, kelangkaan bantuan, dan ancaman kelaparan serta penyakit.
Kekerasan di Tepi Barat
Di Tepi Barat, Alakbarov mengecam peningkatan kekerasan oleh pemukim Israel, terutama selama musim panen zaitun. Ia menegaskan, pemukiman tersebut ilegal dan melanggar hukum internasional, menuntut penghentian perluasan pemukiman segera. Operasi militer Israel di utara Tepi Barat telah menimbulkan korban jiwa, pengungsian paksa, dan kerusakan luas—angka tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Laporan internasional dan lokal mencatat ratusan serangan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk pembakaran pohon zaitun dan penyerangan terhadap petani. Musim panen zaitun tahun ini tercatat sebagai yang paling brutal dalam beberapa tahun, mencerminkan eskalasi ancaman terhadap kehidupan dan mata pencaharian warga Palestina.










