Situs investigatif The Intercept mengungkap bahwa Knesset (Parlemen Israel) baru saja menyetujui sebuah resolusi simbolik untuk menerapkan hukum dan kedaulatan Israel secara penuh di wilayah pendudukan Tepi Barat. Keputusan ini menandai satu babak baru dalam sistem apartheid yang kini secara resmi dilegalkan oleh Israel.
Langkah tersebut menunjukkan bahwa meski Amerika Serikat (sekutu terkuat dan pemasok senjata utama Tel Aviv) secara formal mendukung solusi dua negara, namun Israel justru memilih jalur berlawanan: meresmikan pendudukan dan memperkuat kontrol atas seluruh wilayah permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Lembah Yordan, wilayah yang secara hukum internasional diakui sebagai tanah Palestina.
Respons Kongres AS terbelah. Beberapa politisi Partai Demokrat mengecam keras langkah ini. Namun banyak tokoh pro-Israel justru memilih bungkam. Senator John Fetterman (yang selama ini dikenal sebagai pembela garis keras Israel) bahkan terang-terangan mengaku tak mengikuti isu ini secara serius.
Setidaknya empat anggota Kongres dari Partai Demokrat secara terbuka menentang resolusi Knesset tersebut. Mereka menegaskan bahwa pencaplokan wilayah Palestina bertentangan langsung dengan kebijakan resmi AS yang mengakui hak rakyat Palestina atas negara merdeka, yang mencakup Tepi Barat, Al-Quds Timur, dan Gaza, berdampingan dengan Israel dalam batas pra-1967.
Sejak akhir 1990-an, solusi dua negara selalu menjadi kebijakan formal setiap presiden AS, kecuali Donald Trump. Namun baik Demokrat maupun Republik terus mempersenjatai Israel sambil menutup mata terhadap agresi militer dan perampasan tanah yang dilakukan Zionis.
Pemerintahan Joe Biden bahkan melanjutkan sejumlah kebijakan kontra-produktif, termasuk mempertahankan kedutaan AS di Al-Quds yang didirikan Trump. Sementara Trump sendiri pernah menyerukan pengusiran massal rakyat Gaza dan menjanjikan akan menjadikan wilayah itu sebagai “resor mewah”.
“Sudah Cukup”: Seruan Perlawanan dari Kongres AS
Dengan opini publik AS yang makin marah atas genosida Israel di Gaza, sejumlah anggota Kongres mulai bersuara lantang. Senator Bernie Sanders menegaskan:
“Saatnya AS menghentikan dukungannya terhadap pemerintahan rasis dan reaksioner Netanyahu. Hari ini, Israel dikendalikan oleh kaum ekstremis sayap kanan yang membuat anak-anak Gaza kelaparan dan menembaki warga yang sedang antre bantuan makanan. Dan kini, mereka memburu rakyat di Tepi Barat.”
Anggota Kongres Mark Takano menyebut keputusan Knesset itu “bukan hanya sembrono, tapi pengkhianatan terhadap nilai-nilai yang selama ini jadi alasan dukungan AS terhadap Israel”. Ia menambahkan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian dan keamanan sejati bagi kedua bangsa.
Senator Tim Kaine juga memperingatkan bahwa langkah ini akan merusak posisi Israel di mata dunia Arab, karena tidak mungkin ada perdamaian regional tanpa masa depan yang layak bagi rakyat Palestina, sebagaimana dijanjikan dalam resolusi PBB sejak 1947.
Waktunya Kongres Bertindak
Anggota Kongres Delia Ramirez menyimpulkan dengan tajam, “Tujuan Netanyahu dan pemerintahannya selalu sama: pencaplokan dan kontrol penuh. Saatnya kita hentikan keterlibatan AS dalam rezim teror ini. Kongres harus menjalankan fungsi pengawasannya, hentikan blokade, dan sahkan RUU Ban the Bombs sekarang juga.”
Sumber: The Intercept