Situs Mondoweiss Amerika menerbitkan artikel karya jurnalis dan penulis Palestina, Qassam Maadi, yang menelusuri istilah “Israel Raya” di kalangan Yahudi ekstremis dan gerakan “Zionisme Religius” selama berabad-abad. Artikel ini juga membahas perkembangan istilah tersebut dalam beberapa dekade terakhir, terutama terkait konflik Arab-Israel hingga invasi militer Israel ke Suriah baru-baru ini.
Maadi menyebut bahwa ambisi regional untuk menciptakan “Israel Raya” dulunya dianggap sebagai khayalan sayap kanan Zionis. Peta-peta yang menggambarkan visi ini sering kali mengacu pada kisah-kisah dalam kitab suci yang oleh banyak Zionis dianggap hanya sebagai sejarah. Namun, peristiwa terkini di Gaza, Lebanon, dan Suriah menunjukkan bahwa visi ini mungkin lebih dekat ke kenyataan daripada yang sebelumnya diyakini banyak orang.
Kembalinya Istilah “Israel Raya”
Ketika pasukan Israel memasuki wilayah Suriah setelah keruntuhan rezim Bashar al-Assad, istilah “Israel Raya” kembali mencuat dalam liputan media. Istilah ini kini digunakan untuk menggambarkan ekspansi militer Israel di luar batas yang diakui secara internasional, memperluas definisi wilayah yang ingin mereka kuasai.
Apa Itu “Israel Raya”?
Istilah ini merujuk pada gagasan negara Yahudi yang meluas ke sebagian besar wilayah Timur Tengah, sebagai perwujudan dari tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Nabi Ibrahim dan keturunannya. Dalam Kitab Kejadian, Tuhan menjanjikan tanah “dari Sungai Mesir hingga Sungai Efrat.”
Pada Deklarasi Balfour tahun 1917, Inggris menjanjikan pembentukan “tanah air bagi bangsa Yahudi di Palestina.” Saat itu, Palestina mencakup wilayah antara Sungai Yordan dan Laut Tengah. Namun, karena batas wilayah tidak ditentukan, banyak yang menganggap wilayah di timur Sungai Yordan sebagai bagian dari Palestina.
Israel Raya dalam Politik Israel
Setelah berdirinya Israel pada tahun 1948, wacana teoretis tentang “Israel Raya” beralih ke pragmatisme politik. Meski Israel tidak pernah secara resmi menyatakan klaim atas wilayah Arab di luar batas 1948, gagasan “Israel Raya” tetap hidup di kalangan sayap kanan religius Israel, terutama setelah perang tahun 1967.
Pasca-1967, gerakan religius sayap kanan menjadi semakin berpengaruh, terutama pada 1970-an dan 1980-an. Mereka melihat ekspansi Israel sebagai bagian dari nubuat akhir zaman dan kedatangan Mesias Yahudi. Gerakan ini memimpin proyek pemukiman di Tepi Barat, yang sering kali menjadi kebijakan resmi pemerintah Israel kemudian.
Kebijakan dan Realisasi Proyek
Pada tahun 2018, Hukum Negara Bangsa Israel memperkuat gagasan Israel Raya dengan menyatakan bahwa negara Israel adalah tanah air eksklusif bangsa Yahudi. Selain itu, keputusan Knesset pada Februari 2023 yang menolak pembentukan negara Palestina semakin menegaskan proyek ini.
Peristiwa di Gaza baru-baru ini, termasuk seruan pemukim untuk mendirikan permukiman di wilayah tersebut, menunjukkan upaya sistematis untuk memperluas wilayah Israel. Dukungan dari para menteri dan anggota Knesset memperkuat langkah ini.
Di sisi lain, invasi Israel ke Suriah dan Lebanon memperluas peta Israel Raya yang dibayangkan oleh kaum ekstremis. Dengan laporan yang menyebutkan pasukan Israel mencapai 23 kilometer dari Damaskus, retorika religius mulai digunakan untuk menggambarkan ambisi ini.
Penulis menutup artikelnya dengan menyatakan bahwa ideologi ekspansionis yang didukung oleh fanatisme religius di Israel bukan lagi sekadar khayalan. Langkah-langkah Israel di Gaza, Lebanon, dan Suriah menunjukkan bahwa proyek “Israel Raya” sedang dijalankan, di atas korban manusia dan reruntuhan kota-kota di wilayah tersebut.
Sumber: Mondoweiss