Spirit of Aqsa, Palestina- ‘Warga Israel’ menggeruduk rumah PM Benjamin Netanyahu mendesak agar segera membebaskan tahanan yang dibawa ke Jalur Gaza. Mereka khawatir para tahanan tersebut tewas terkena rudal yang dijatuhkan militer Israel ke Jalur Gaza.
Sabtu (28/10) waktu setempat, keluarga tahanan menyampaikan kekhawatiran tersebut di depan rumah Netanyahu di Kesaria, selatan Haifa. Mereka menggambarkan pemboman di Jalur Gaza merupakan peristiwa yang sangat mengerikan dan bisa saja menewaskan tentara Israel yang ditahan oleh Hamas.
“Itu adalah malam yang panjang, yang paling mengerikan, di mana kami mengalami kecemasan dan ketidakpastian yang besar mengenai nasib orang-orang yang ditahan di sana, yang juga menjadi sasaran pemboman dengan kejam,” demikian pernyataan perwakilan keluarga tahanan, menurut laporan media Israel, dikutip dari Al Jazeera, Ahad (28/10).
Para demonstran menuntut dipertemukan dengan Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant serta pejabat-pejabat terkait untuk membahas masalah tahanan tersebut. Namun, mereka masih belum yakin Israel bisa membebaskan para tahanan tersebut.
Para demonstran berunjuk rasa di depan rumah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Kesaria, selatan Haifa. Mereka menggambarkan Jumat malam (28/10) sebagai malam menakutkan dan mengkhawatirkan.
Radio Angkatan Darat Israel melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Yoav Galant berjanji akan menemui mereka pada Ahad (29/10). Namun, mereka menolak dan meminta pertemuan segera.
“Kami menuntut untuk bertemu dengan Gallant hari ini, bukan besok. Kami tidak akan menunggu hari lain. Putri saya telah berada di sana selama 21 hari, terluka dan berdarah. Dan hanya Tuhan yang tahu apa lagi. Kita tidak perlu menunggu lebih lama lagi,” ujar seorang ibu bernama Rumi.
Demonstrasi itu memicu reaksi kemarahan di media sosial. Salah satu pengguna mengomentari akun Channel 12 Israel, yang menyiarkan demonstrasi warga di depan rumah Netanyahu pada platform X. pengguna itu berkomentar, “Skandal yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Pemerintah tidak berkomunikasi dengan keluarga yang sedang mengalami mimpi buruk. Tragis, memalukan, memalukan.”
Sumber: Al Jazeera