Di atas sebuah bukit, Umm Muhammad (50 tahun) menyaksikan buldoser Israel menghancurkan rumahnya dan rumah kerabatnya di Kamp Nur Syams, Tulkarm, Tepi Barat utara. Ia datang ke lokasi untuk mengetahui nasib rumahnya yang telah ditinggalkannya secara paksa sejak awal serangan militer Israel di kamp-kamp Tulkarm pada Februari lalu.

“Awalnya, mereka membakar rumah saya sepenuhnya, tetapi masih berdiri. Saya berharap bisa memperbaikinya jika bisa kembali ke kamp,” ujarnya. “Namun hari ini, buldoser menghancurkannya, yang berarti saya tidak punya tempat untuk kembali.”

Di bukit yang sama, sejumlah warga yang telah mengungsi sejak 40 hari lalu menyaksikan pembongkaran rumah-rumah dan perluasan jalan di lingkungan kamp.

Pengusiran dan Pengungsian

Pasukan Israel telah mengusir sekitar 24.000 warga dari kamp-kamp Tulkarm dan Nur Syams. Mereka kini tersebar di pusat-pusat penampungan di kota, pinggiran, dan lingkungan sekitar.

Pengusiran terus berlanjut. Pada Sabtu lalu, Israel memaksa warga lingkungan Al-Murabba’ di Kamp Tulkarm untuk meninggalkan rumah mereka secara massal. Sumber lokal melaporkan bahwa 50 keluarga dipaksa keluar, dan beberapa rumah di lingkungan Al-Manshiyah, Nur Syams, dibakar.

Komite Layanan Kamp Tulkarm menyewa apartemen kecil di distrik Dzanabah untuk menampung para pengungsi. Di salah satu rumah itu, Samah Salahat baru saja menata barang-barangnya setelah berminggu-minggu tinggal di rumah kerabatnya di Tulkarm.

“Saya menerima rumah dalam keadaan kosong total, tanpa selimut, pakaian, peralatan memasak, atau kulkas. Kami tidak bisa membawa apa pun dari rumah kami,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa banyak keluarga diusir tanpa diberi kesempatan untuk membawa barang-barang mereka, yang membuat situasi semakin sulit, terutama di bulan Ramadan.

Bantuan yang Minim

Menurut Komite Layanan Kamp Nur Syams, sekitar 11.325 orang mengungsi ke lima pusat penampungan, termasuk aula, sekolah, dan organisasi sosial di Anabta, Kafr Lubbad, dan Dzanabah.

Ketua Komite Layanan, Nihad Shawish, menyebutkan bahwa bantuan untuk para pengungsi sebagian besar berasal dari individu dermawan, pedagang, dan lembaga internasional. Ia mengkritik Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) yang dianggap tidak memberikan bantuan sama sekali di tengah “bencana kemanusiaan” ini.

“Kami belum menerima dukungan apa pun dari UNRWA karena tekanan yang diberikan oleh Israel dan pembatasan yang diberlakukan terhadap operasionalnya di Tepi Barat,” kata Shawish.

Banyak pengungsi yang terpaksa tinggal bersama kerabat karena harga sewa apartemen melonjak drastis, dari 800 syikal menjadi 2.000 syikal per bulan. Menurut Shawish, bantuan yang diberikan sejauh ini hanya mencakup 10% dari kebutuhan pengungsi. Kemarin, sekitar 2.500 paket sahur didistribusikan dengan dukungan dari organisasi luar negeri.

Ia juga menyoroti lemahnya peran pemerintah dalam menangani krisis ini. “Pemerintah tidak memiliki peran nyata dalam mendukung para pengungsi, bahkan tidak ada rencana jangka panjang bagi mereka,” ujarnya.

Saat ini, situasi serupa terjadi di tiga kamp, yaitu Jenin, Tulkarm, dan Nur Syams. Shawish memperingatkan bahwa jika kondisi ini meluas ke kamp-kamp lain, pemerintah akan semakin kewalahan.

Jumlah Pengungsi Meningkat

Di Kamp Jenin, jumlah pengungsi meningkat menjadi sekitar 21.000 orang sejak Januari lalu. Menurut Wali Kota Jenin, Muhammad Jarrar, sekitar 25% dari populasi kota kini terdiri dari pengungsi, yang menambah tekanan pada ekonomi dan layanan publik.

“Serangan Israel telah menyebabkan kerusakan besar, meningkatkan angka pengangguran, dan melemahkan perekonomian,” kata Jarrar.

Pengungsi dari Kamp Jenin kini tersebar di berbagai lokasi, termasuk pusat-pusat penampungan di kota dan desa-desa di selatan Jenin, seperti Qabatiya, Bir Al-Basha, Arraba, dan Jaba’. Sekitar 6.000 pengungsi ditempatkan di asrama Universitas Arab Amerika setelah disewa oleh Komite Layanan Kamp.

Bantuan untuk pengungsi sebagian besar berasal dari organisasi internasional, sementara pemerintah setempat terus berupaya menjalin koordinasi dengan lembaga-lembaga bantuan sejak awal serangan Israel.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here