Spirit of Aqsa, Palestina-  Surat kabar Israel, Maariv, melaporkan peningkatan perselisihan antara PM Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Galant. Netanyahu dan Galant memiliki perselisihan sejak lama, namun perang Gaza makin memperdalam perselisihan tersebut. 

Perselisihan itu bahkan Sudah terciaum dan terangan-terangan terlihat di publik. Pada Sabtu (2/12), Gallant menolak mengadakan konferensi pers bersama dengan Netanyahu. 

Netanyahu mengaku mengusulkan kepada Gallant untuk mengadakan konferensi pers bersama. Namun, Gallant memilih mengadakan konferensi pers terpisah di Tel Aviv. 

Menurut Maariv, Perdana Menteri lebih memilih anggota Dewan Perang, Gallant dan Menteri Benny Gantz, untuk tidak berpartisipasi dalam pembicaraan terkait upaya pengembalian tahanan dari Jalur Gaza.

Gallant memang dipanggil dalam pertemuan tersebut, namun kebetulan pada saat yang sama Kantor Menteri Pertahanan memutuskan untuk mengadakan konferensi pers sendiri dan telah mengirimkan undangan ke media.

Minggu-minggu yang sulit

Maariv menjabarkan, minggu-minggu terakhir ini sulit dan penuh dengan pertanyaan kompleks, dan Netanyahu mengandalkan tim pendukung tetap yang muncul setiap malam yakni Menteri Pertahanan Gallant dan Menteri Gantz.

Kesan umum yang bertahan lama adalah kedua pejabat senior tersebut hadir untuk memberikan dukungan dan legitimasi kepada jurubicara utama, Netanyahu.

Namun kali ini isinya berbeda. Saat membicarakan pertukaran tahanan, Netanyahu tidak mengundang Gallant dan Gantz.  Menurut surat kabar tersebut, kantor Netanyahu mengklaim bahwa Gallant telah diundang, dan undangan tersebut telah disampaikan ke kantornya.

Ketidaksepakatan dan Perbedaan

Surat kabar tersebut percaya perbedaan antara laporan kedua kantor tersebut menunjukkan adanya perselisihan yang ada antara Netanyahu dan Gallant. Perselisihan yang muncul jauh sebelum 7 Oktober lalu, dan perselisihan tersebut semakin meningkat.

Oktober lalu, Netanyahu, dalam sebuah tweet, meminta pertanggungjawaban tentara dan badan intelijen karena gagal mengantisipasi suprise attack Hamas. Namun, ia kemudian menghapus tweet dan meminta maaf atas masalah tersebut, karena banyaknya kritik dari dalam dan luar pemerintahan.

Beberapa hari sebelumnya, surat kabar Yedioth Ahronoth mengungkapkan bahwa ada perbedaan pendapat antara Netanyahu dan pejabat senior militer mengenai penilaian, rencana, dan keputusan.

Sumber: Al Jazeera + Anatolia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here