Spirit of Aqsa, Palestina- Kementerian Kesehatan Palestina mengungkapkan, sebanyak 12 rumah sakit dan 32 pusat perawatan tidak bisa lagi beroperasi. Ada dua faktor penyebab; rumah sakit terkena serangan udara Israel dan kehabisan bahan bakar.
Jurubicara Kemenkes, Ashraf Al-Qudra, mengatakan, sistem kesehatan telah mencapai level terburuk dalam sejarah kesehatan Gaza. Penjajah Israel memang sengaja melemahkan sistem kesehatan melalui penyerangan secara langsung, ancaman, peringatan evakuasi, dan kehabisan bahan bakar.
Penyerangan Sistematis
Kementerian Kesehatan dan otoritas setempat di Gaza mendokumentasikan kematian 57 petugas kesehatan dan 100 luka-luka. Kendati begitu, para staf kesehatan tetap memberikan perawatan kepada para korban serangan udara zionis Israel.
“Kami menangani kapasitas klinis ini dengan staf manusia yang tidak melebihi 30% dari staf awal,” kata Ashraf, dikutip Al Jazeera, Kamis (26/10).
Kementerian memperkirakan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit lebih dari 150%. Maka itu, rumah sakit terpaksa mendirikan tenda untuk menampung para korban. Sementara, jumlah korban terus meningkat dari waktu ke waktu.
Suasana tidak Aman
Menurut Ashraf, apa yang dihadapi sistem kesehatan berada dalam kebijakan zionis Israel yang sistematis. Itu tercermin dari tingkat penargetan yang menyebabkan kerusakan pada 57 institusi kesehatan dan 25 ambulans hancur.
Penargetan ini juga menciptakan suasana tidak aman di sekitar rumah sakit dengan pengeboman yang intens, mengganggu pekerjaan dan menimbulkan bahaya besar.
Di antara kejahatan yang menargetkan staf medis secara langsung, kejahatan pengeboman dan penghancuran rumah direktur Rumah Sakit Anak Al-Durrah, Kamal Khattab. Kamal mengalami luka serius, istri dan dua putri serta satu putranya syahid.
Kenyataan yang memburuk ini mendorong Kementerian Kesehatan untuk mengimbau para pensiunan medis dan relawan di semua spesialisasi kesehatan untuk ikut bekerja di rumah sakit dan unit ambulans.
Butuh Bantuan Bahan Bakar dan Obat-obatan
Setelah sistem kesehatan benar-benar runtuh, Ashraf mengulangi seruan darurat yang dikeluarkan oleh Kementerian beberapa kali baru-baru ini. Dia menekankan perlunya upaya untuk memastikan bantuan medis dan bahan bakar segera masuk ke Gaza. Itu untuk memulihkan pekerjaan di departemen kesehatan.
Dia menekankan, pemberian bantuan akan menjadi penting jika itu mencakup “bahan bakar dan kebutuhan mendesak kami di unit gawat darurat, pusat perawatan, dan ruang operasi untuk semua rumah sakit di Jalur Gaza.”
Dia mengimbau Mesir untuk membuka penyeberangan Rafah, memastikan masuknya dan aliran bahan bakar dan bantuan kesehatan darurat, dan memungkinkan korban luka melakukan perjalanan untuk menerima perawatan yang diperlukan dan tepat.
Keterlambatan dalam menanggapi panggilan darurat akan menyebabkan bencana kesehatan dan kemanusiaan yang mengerikan. Hal itu akan mengakibatkan banyak korban. Hal ini juga akan mengancam nyawa 1.100 pasien gagal ginjal, termasuk 38 bayi dan 130 bayi baru lahir yang dirawat di bangsal bayi prematur di rumah sakit.
Sumber: Al Jazeera