Media-media Israel mulai secara terang-terangan mengakui kehancuran reputasi Tel Aviv di mata dunia. Gelombang kemarahan global terhadap agresi brutal Israel di Gaza kian membesar, dan tercermin dalam deretan negara yang kini menyatakan niatnya mengakui Negara Palestina secara sepihak.

Dalam siaran Channel 13, analis politik Gil Tamari menyebut ini sebagai “tsunami diplomatik” yang menghantam seluruh warga Israel tanpa kecuali. “Tujuan akhir dunia adalah memaksa Netanyahu mengakhiri perang di Gaza sekarang juga,” ujarnya.

Mantan Konsul Israel di AS, Shai Baraq, juga menyampaikan kegelisahannya. “Partai Demokrat kini tak lagi bersama kita, sementara di Partai Republik (sekutu utama kita) sudah mulai muncul suara-suara yang menentang,” katanya. Ia menambahkan, “Israel tak bisa bertahan tanpa dukungan internasional. Dan itu kini perlahan menghilang.”

Survei CNN yang ditayangkan Channel 13 menunjukkan popularitas Netanyahu di AS anjlok drastis, terutama di kalangan generasi muda Amerika. “Hanya tersisa -23 poin di antara warga Amerika di bawah usia 35 tahun,” ungkap mereka. Penyebabnya? Kekejaman Israel di Gaza yang ditonton jutaan pasang mata lewat layar kaca. “Orang-orang membenci apa yang mereka lihat, dan mereka tahu Netanyahu adalah aktor utamanya.”

Namun, menurut mantan diplomat Aluf Bennkas, ini bukan hanya tentang Netanyahu. “Yang jatuh bukan hanya pemimpinnya, tapi juga seluruh citra Israel,” tegasnya.

Jurnalis senior Ehud Yaari dari Channel 12 turut menyoroti dampaknya hingga ke akar rumput. “Singapura, negara sahabat Israel, kini mayoritas rakyatnya menolak apa yang kita lakukan. Jepang pun sama. Bahkan di Australia, para pelajar Yahudi takut mengenakan simbol Bintang Daud saat ke sekolah.”

Pernyataan mengejutkan datang dari mantan Kepala Angkatan Laut Israel, Eliezer Marom. Ia mengkritik kebijakan pemblokiran bantuan pangan ke Gaza. “Tak masuk akal lagi di abad ke-21 menahan makanan dari manusia,” katanya. Bahkan, lanjutnya, “Ini sangat buruk, bukan hanya di mata rakyat dunia, tapi juga Presiden Donald Trump (pendukung terbesar Israel) yang menyaksikan semuanya di televisi.”

“Kami Negara yang Dijauhi Dunia”

Laporan menyakitkan disampaikan jurnalis internasional Channel 12, Keren Betselel. “Saya mendengar banyak orang kini menyebut Israel sebagai negara gatal yang dijauhi. Ini bukan sekadar krisis diplomatik, ini lebih dari itu. Kita sedang mengalami degradasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

Nada serupa datang dari jurnalis Yedioth Ahronoth, Hen Artzi-Sror. “Dunia budaya memutuskan hubungannya. Kita sudah melewati ‘menit ke-99’. Dan populisme tidak bisa menggantikan diplomasi,” ucapnya getir.

Yuna Leibzon, koresponden Channel 12 di Amerika Serikat, menyampaikan analisis tajam: “Hamas kini tahu bahwa momentum menuju negara Palestina justru semakin dekat. Dunia juga sadar akan hal itu.”

Pernyataan paling telak datang dari Ketua Oposisi Israel, Yair Lapid. Ia mengakui, “Israel sedang mengalami kehancuran total dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah diplomasi internasional.” Lapid yang lama berkecimpung di dunia diplomasi menyebut, “Tak pernah saya saksikan sebanyak ini negara yang menyatakan niatnya mengakui Palestina secara sepihak. Itu kesalahan mereka, tapi itu juga akibat dari pemerintahan Israel paling ekstrem sepanjang sejarah.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here