Spirit of Aqsa, Jakarta- Barat melihat fenomena baru terkait perang di Jalur Gaza. Bukan hanya aksi demonstrasi yang massif terjadi di kota-kota besar, tapi banyak wanita Barat yang masuk Islam setelah menyaksikan ketabahan warga Gaza. Mereka mempelajari Al-Qur’an untuk mencari rahasia ketabahan warga Gaza dalam menghadapi pembantaian dari zionis Israel.
Di antara wanita yang muallaf itu adalah Madison Reeves @6toedcats, seorang ibu berusia 24 tahun dari Tampa, Florida. Dia mulai tertarik pada Islam pada September setelah berbicara dengan seorang gadis Muslim melalui jejaring media sosial.
Dia mengaku mulai tertarik pada Islam saat melihat kesabaran warga Gaza meski dibantai habis-habisan. Bahkan, warga Gaza masih sempat mengucapkan rasa syukur meski sudah kehilangan harta dan keluarga.
Madosin membagikan video mengenakan jilbab pada 24 Oktober dan menyampaikan bahwa ia telah masuk Islam. “Ini adalah penyesuaian besar,” katanya kepada Free Press, dikutip Senin (20/11).
Madison bukan satu-satunya orang yang mengambil keputusan untuk menjadi seorang muslim baru-baru ini. Juga pada Oktober, influencer dan penulis TikTok Amerika Megan Rice masuk Islam setelah membaca Al-Qur’an.
Perjalanannya menuju Islam dimulai ketika mendirikan klub buku Agama Dunia untuk membaca Al-Qur’an sehubungan dengan genosida yang sedang berlangsung di Gaza.
Lebih Banyak Orang Muallaf
Alex (@localstreecat92), seorang TikToker juga baru-baru ini masuk Islam. Dia mengaku sebagai ‘kiri queer gremlin’, yang baru-baru ini membeli Al-Qur’an dan mulai menutupi rambutnya dengan hijab, demikian yang dilaporkan Daily Mail.
Dalam salah satu video, Alex membalas kritik yang menyebut dia akan kembali ke cara-cara Barat setelah ‘keisengan’ ini berakhir.
“Menurut Anda, bagian mana dari gaya hidup Barat yang akan saya ikuti kembali? Eh, kapitalisme yang merajalela? Semua penjajahan? Karena aku benci kedua hal itu.”
Salah satu pakar dari Universitas George Washingtong, Lorenzo Vidino, menjelaskan, Gen-Z di Barat saat ini muak dengan sistem ekonomi dan politik di Barat. Mereka juga muak dengan nilai-nilai sosial yang ada di Barat.
Namun, selama ini mereka tidak memiliki alternatif lain untuk mengubah sistem hidup tersebut. Kondisi Gaza saat ini membuka mata mereka. Mereka kaget melihat ketabahan dan keteguhan warga Gaza mempertahankan keyakinan meski menjadi korban genosida.
Ketabahan warga Gaza itu memantik Gen-Z untuk mempelajari Al-Qur’an, sumber kekuata warga Gaza. Dari situ mereka menemukan semacam alternatif sistem hidup selain Barat. Lorenzo mengistilah fenomena itu sebagai ‘pemberontakan terakhir melawan Barat.
“Pemberontakan adalah bagian dari masa muda. Pada titik ini, apa yang lebih memberontak, apa yang lebih anti-Barat, anti-kapitalisme, dan anti kemapanan, selain masuk Islam?” kata Lorenzo.