Spirit of Aqsa– Kelaparan dan pembantaian terus berlanjut serta bantuan tidak masuk ke Jalur Gaza. Organisasi PBB dan kemanusiaan juga memperingatkan situasi kemanusiaan yang mengerikan di daerah kantong Palestina tersebut.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menekankan pentingnya menghentikan eskalasi kekerasan di Tepi Barat dan mencegah perluasan perang ke Lebanon. Dia menyoroti gencatan senjata yang disetujui oleh Dewan Keamanan PBB belum dilaksanakan dan menegaskan perlunya akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Dalam konteks ini, UNRWA melaporkan, warga Gaza mengalami kelaparan yang parah dengan anak-anak yang meninggal karena malnutrisi dan dehidrasi. Direktur Oxfam di Timur Tengah, Sally Abi Khalil, menyatakan, tingkat kelaparan di Gaza menunjukkan kegagalan memalukan dari para pemimpin dunia.
Dewan Pengungsi Norwegia juga memperingatkan tentang kelaparan yang akan datang. Majed Qishawi, pejabat pendidikan dewan tersebut, mengungkapkan, penduduk di Jalur Gaza tengah dan selatan sudah mulai mengalami kelaparan dan jika penutupan perbatasan Rafah berlanjut, penduduk tidak akan memiliki makanan.
Pasokan makanan yang ada di Gaza tidak akan bertahan selamanya dan operasi kemanusiaan di selatan Wadi Gaza hampir berhenti karena meningkatnya masalah keamanan, kurangnya pasokan, dan tantangan koordinasi bagi organisasi kemanusiaan.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan pembantaian yang menghancurkan di Gaza, lebih dari 124 ribu orang syahid dan luka-luka, sebagian besar anak-anak dan perempuan, serta menyebabkan lebih dari 10 ribu orang hilang.
Israel terus melanjutkan pembantaian ini, mengabaikan dua resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menghentikannya segera, serta perintah Mahkamah Internasional untuk mengakhiri invasi Rafah di selatan Gaza dan mengambil tindakan untuk mencegah genosida serta memperbaiki kondisi kemanusiaan yang memprihatinkan di Gaza.