Spirit of Aqsa- Surat kabar Jerusalem Post menilai Israel saat ini sedang melaju dengan kecepatan penuh menuju jurang maut tanpa mengetahui bagaimana menghentikan laju tersebut. Pertanyaan muncul, apakah pemerintah memiliki rencana untuk menangani Tepi Barat, Gaza, dan Lebanon setelah perang ini berakhir?
Dalam artikelnya, Sherwin Pomerantz menyoroti bahwa perang di Gaza, yang telah merenggut ratusan nyawa “pemuda terbaik Israel,” terus berlanjut. Meski sebagian besar tujuan seperti melucuti Gaza, melemahkan kekuatan Hamas, dan menargetkan pemimpinnya sudah dilakukan, perang ini tampak tak memiliki akhir yang jelas. Pomerantz menegaskan bahwa sepenuhnya menghancurkan Hamas adalah hal mustahil, sementara sekitar 100 warga Israel masih ditawan di Gaza.
Penurunan Moral dan Keikutsertaan Pasukan
Penulis juga mempertanyakan apakah perang ini dapat memberikan hasil yang berarti. Keraguan ini diperkuat oleh penurunan drastis partisipasi pasukan cadangan Israel hingga hanya 25%, yang memunculkan kekhawatiran di kalangan militer.
Menurutnya, prioritas utama Israel seharusnya adalah menghentikan perang di Gaza secara sepihak, diikuti dengan pembentukan otoritas pemerintahan multinasional untuk mengelola kesejahteraan warga yang tersisa. Selain itu, Israel juga memerlukan rencana pemulihan ekonomi guna mengembalikan produktivitas “negara”.
Ketegangan Internal dan Ekonomi yang Memburuk
Di tengah perang, Menteri Kehakiman Yariv Levin mengusulkan kembali pembahasan reformasi yudisial yang sebelumnya memecah belah masyarakat Israel. Sementara itu, kelompok sayap kanan menyerukan pendudukan penuh Gaza dan penguasaan seluruh wilayah Israel.
Pada saat yang sama, ekonomi Israel terus memburuk, bukan hanya karena biaya perang yang membengkak, tetapi juga karena investor enggan mendanai perusahaan rintisan—sektor yang selama ini menjadi penggerak utama pertumbuhan teknologi Israel.
Apakah Ada Rencana?
Pomerantz menyoroti bahwa kekhawatiran terbesar masyarakat Israel adalah ketidakjelasan apakah “pemerintah” memiliki rencana untuk masa depan negara ini setelah perang berakhir. Apakah ada lembaga “pemerintah” yang bertugas memulihkan Israel pasca-konflik?
Dia juga mempertanyakan apakah para pemimpin politik telah memikirkan cara memulihkan kredibilitas finansial Israel di tengah meningkatnya antisemitisme global, yang kini mempersepsikan Israel sebagai penindas dan rakyatnya sebagai pelaku kejahatan.
Pomerantz menekankan perlunya melibatkan “pikiran-pikiran terbaik” Israel dalam pemerintahan sementara untuk mencapai sejumlah tujuan strategis.
Prioritas Pasca-Perang
Tujuan pertama, menurutnya, adalah menghentikan perang di Gaza secara sepihak dan membentuk otoritas multinasional untuk mengelola wilayah tersebut. Kedua, Israel harus segera memulihkan ekonominya agar kembali seperti sebelum 7 Oktober. Ketiga, diperlukan program pemulihan emosional bagi keluarga yang kehilangan anggota atau terdampak akibat perang.
Sumber: Jerusalem Post