Militer Israel kembali mengeluarkan perintah pengosongan paksa di sejumlah wilayah utara Jalur Gaza. Pada saat yang sama, pasukan Zionis memaksa pengosongan Rumah Sakit Al-Awda, fasilitas kesehatan terakhir yang masih beroperasi di wilayah tersebut. Sementara itu, sebanyak 70 warga Palestina syahid pada Kamis (29/5) akibat gempuran udara tanpa henti.
Peringatan Pengosongan dan Pengusiran Brutal
Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa militer Israel mendistribusikan perintah evakuasi kepada warga di sejumlah kawasan utara, termasuk Jabaliya al-Balad, At-Tatara, asy-Syujaiyah, Ad-Daraj, dan Az-Zaitun.
Perintah tersebut menginstruksikan warga untuk meninggalkan rumah dan tenda-tenda mereka secara segera—tanpa jaminan keselamatan, tanpa tempat tujuan, dan tanpa rasa kemanusiaan.
Pengusiran Paksa dari Rumah Sakit
Di tengah kekacauan ini, Rumah Sakit Al-Awda—yang berada di utara Gaza—menjadi sasaran berikutnya. Pasukan Israel memaksa pengosongan rumah sakit tersebut, termasuk pasien dan tim medis di dalamnya.
Kementerian Kesehatan Gaza menegaskan, tindakan ini merupakan kelanjutan dari kejahatan sistematis Israel terhadap sistem kesehatan Palestina, yang telah berulang kali dihancurkan sejak awal agresi.
Kementerian juga menyerukan kepada seluruh lembaga internasional untuk melindungi infrastruktur kesehatan di Gaza sebagaimana dijamin dalam hukum internasional dan konvensi kemanusiaan.
Layanan Medis di Utara Gaza Lumpuh Total
Dr. Munir Al-Barsh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, menyatakan bahwa pengosongan Rumah Sakit Al-Awda telah membuat sekitar 400.000 penduduk Gaza di utara kehilangan akses layanan kesehatan.
Al-Awda adalah rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di kawasan itu, dan kini telah dipaksa tutup secara brutal.
Al-Barsh mengungkapkan kepada kantor berita Anadolu bahwa pasukan Israel menanam robot peledak di sekitar rumah sakit, melepaskan tembakan ke bangunan, dan kemudian mengusir seluruh isi rumah sakit.
Tercatat ada 97 orang di dalamnya, termasuk 13 pasien dan 84 tenaga medis.
Sebelumnya, Israel juga telah menonaktifkan dua rumah sakit utama lain: Rumah Sakit Kamal Adwan dan Rumah Sakit Indonesia.
Dengan jatuhnya Al-Awda, seluruh rumah sakit di Gaza utara kini lumpuh total. Serangan langsung ke rumah sakit dan blokade yang terus berlangsung telah menyebabkan sistem kesehatan di wilayah tersebut kolaps secara menyeluruh.
Krisis Kesehatan dan Genosida yang Terus Berlanjut
Per Rabu (27/5), Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan bahwa 22 dari 38 rumah sakit di seluruh Gaza telah keluar dari layanan akibat serangan langsung Israel.
Sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, rumah sakit dan fasilitas kesehatan menjadi target strategis militer Israel, mengabaikan sepenuhnya hukum internasional.
70 Syahid dalam Sehari, Ribuan Jadi Korban Sejak Maret
Kementerian Kesehatan Gaza juga mengumumkan bahwa 70 warga Palestina syahid pada hari Kamis saja akibat bombardir Israel, termasuk 30 orang di Kota Gaza. Sejak 18 Maret 2024, tercatat 3.986 warga gugur dan 11.451 lainnya terluka.
Secara keseluruhan, sejak genosida dimulai pada 7 Oktober 2023, jumlah korban telah melampaui 54.249 syahid dan 123.492 luka-luka.
Israel, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, telah melancarkan perang pemusnahan yang telah menyebabkan lebih dari 177.000 warga Palestina menjadi korban, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 11.000 orang masih hilang, di tengah eksodus besar-besaran ratusan ribu pengungsi.