Israel mengklaim telah membuka kembali pos perbatasan Zikim di utara Jalur Gaza untuk mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan, meski kenyataannya belum ada satu pun truk bantuan yang benar-benar melintasi gerbang itu.

Dalam pernyataannya, Unit Koordinasi Kegiatan Pemerintah Israel (COGAT) mengatakan pembukaan pos Zikim dilakukan “sesuai arahan tingkat politik,” dan pengiriman bantuan akan dilakukan melalui PBB dan organisasi internasional setelah “pemeriksaan keamanan ketat.” Namun, laporan di lapangan justru menunjukkan nihilnya pergerakan bantuan di perbatasan tersebut.

Padahal, badan-badan kemanusiaan PBB sudah berulang kali mendesak agar Zikim dibuka kembali untuk memungkinkan distribusi bantuan ke wilayah utara Gaza, daerah yang paling hancur akibat serangan Israel dan kini hampir tak tersisa fasilitas dasar.

Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), pos Zikim sudah ditutup sejak 12 September, dan tidak ada organisasi kemanusiaan yang diizinkan menyalurkan bantuan sejak saat itu. Israel masih memegang kendali penuh atas perbatasan tersebut, yang menjadi satu-satunya jalur masuk menuju kota Gaza dan wilayah utara.

Meski ada perjanjian gencatan senjata yang menargetkan 600 truk bantuan per hari, Israel hanya mengizinkan sebagian kecil dari jumlah itu untuk masuk ke Gaza. Sejumlah badan PBB, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menegaskan belum ada peningkatan signifikan dalam jumlah pasokan makanan maupun bantuan medis yang diizinkan masuk sejak kesepakatan gencatan diberlakukan pada 10 Oktober lalu.

PBB memperingatkan bahwa kelaparan tetap mengancam, seiring pasokan makanan yang kian menipis dan blokade yang terus diberlakukan. Selama perang berlangsung, Israel telah berulang kali memutus aliran bantuan, memperparah krisis kemanusiaan yang kini berubah menjadi bencana kelaparan di sebagian wilayah Gaza yang terkepung.

Sumber: Agensi berita internasional.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here