Spirit of Aqsa- Ratusan warga Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang diduduki menolak kunjungan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bersamaan dengan pemakaman korban terbaru serangan roket yang menewaskan 12 orang.
Mengutip Al Jazeera, keluarga korban di Majdal Shams menolak kedatangan Netanyahu yang mengunjungi desa tersebut hari ini. Para aktivis mengangkat spanduk bertuliskan “Penjahat Perang” selama kunjungan Netanyahu.
Warga desa juga menentang kunjungan Netanyahu ke lokasi jatuhnya roket yang menghantam lapangan pada Sabtu lalu.
Sementara itu, ratusan warga Majdal Shams pada Senin mengadakan pemakaman korban terakhir dari serangan roket, seorang bocah berusia 11 tahun yang dikonfirmasi tewas pada Ahad malam setelah dinyatakan hilang selama beberapa jam.
Jenazahnya diletakkan di alun-alun desa dengan ditutupi kain putih dan dihiasi bunga, sementara para pemuka agama dengan topi putih mereka mengadakan doa.
Seorang kerabat bocah yang terbunuh, Jivara Ibrahim, mengatakan, “Cukup perang, cukup penderitaan, tragedi ini membakar hati kami… cukup perang, cukup bencana, cukup darah.”
Ribuan orang pada hari Minggu turut serta dalam pemakaman 10 korban di Majdal Shams, sementara satu korban lainnya dimakamkan di desa Ein Qiniyye di Golan.
Sebanyak 12 orang meninggal akibat jatuhnya roket pada Sabtu di lapangan sepak bola di desa Druze tersebut. Israel, yang telah menduduki Golan selama beberapa dekade, menuduh serangan tersebut dilakukan oleh Hizbullah Lebanon, yang kemudian dibantah oleh pihak Hizbullah.
Sejak perang yang dilancarkan oleh Israel terhadap Gaza pada 7 Oktober lalu, Hizbullah dan Israel saling menyerang dengan tembakan hampir setiap hari di perbatasan kedua negara.
Eskalasi antara kedua pihak telah menyebabkan setidaknya 523 orang tewas di Lebanon, sebagian besar dari mereka adalah anggota Hizbullah, menurut perhitungan Agence France-Presse berdasarkan data Hizbullah dan sumber resmi Lebanon. Pihak Israel mengumumkan 22 tentara dan 24 warga sipil tewas.
Israel telah menduduki Dataran Tinggi Golan sejak perang Juni 1967 dan mengumumkan aneksasi sebagian besar wilayah tersebut pada awal 1980-an.
Menurut Badan Statistik Pusat Israel, sekitar 20.000 warga Druze tinggal di Dataran Tinggi Golan, termasuk 11.500 di Majdal Shams, mayoritas dari mereka menolak kewarganegaraan Israel.