Spirit of Aqsa, Palestina– Sebuah investigas yang dipublikasikan oleh Wall Street Journal memastikan pasukan Israel menggunakan dua bom terbesar yang dimiliki dalam pembantaian di kamp Jabaliya pada 31 Oktober.

Surat kabar tersebut mengungkapkan, serangan udara tersebut menyebabkan salah satu pembantaian terbesar di Gaza, merenggut nyawa setidaknya 120 orang setelah menghancurkan blok perumahan.

Selain itu, keputusan untuk mengebom pemukiman padat penduduk di Jabaliya menunjukkan keinginan Israel untuk menggunakan kekuatan berlebihan melawan Hamas, bahkan jika itu menyebabkan kematian banyak warga sipil.

Surat kabar tersebut menyoroti bahwa penyelidikan yang dilakukan mengungkap tindakan Israel yang disebut sebagai “serangkaian kesalahan berdasarkan informasi yang tidak lengkap,” yang menyebabkan kehilangan banyak nyawa.

Menurut penyelidikan, Israel tidak mengirim peringatan kepada warga sipil tentang serangan yang akan datang, karena khawatir akan memancing perhatian pejuang dan membuat mereka meninggalkan daerah tersebut. Selain itu, mereka menggunakan dua bom terbesar di gudang senjata, alih-alih bom berukuran lebih kecil seperti yang dituduhkan oleh surat kabar tersebut.

Adel Haq, seorang ahli hukum internasional konflik dari Universitas Rutgers di New Jersey, menyatakan, tidak ada yang disampaikan oleh Israel yang menunjukkan mereka mencapai keuntungan militer lebih dari pencapaian yang sederhana. Dia menekankan, serangan pada 31 Oktober di Jabaliya adalah ekstrem dalam hal dampak yang terhadap warga sipil.

Menurut studi oleh Komite Palang Merah Internasional, lubang yang dalam akibat ledakan itu sebanding dengan dampak yang ditinggalkan oleh bom berbobot dua ribu pound.

Lebih dari 5000 peluru model MK-84

Sebuah laporan dari New York Times mengungkap, Israel secara rutin menggunakan salah satu bom terbesar dan paling merusak di “wilayah aman” di selatan Gaza.Setelah menganalisis bukti visual, surat kabar tersebut menyatakan, Israel menggunakan bom berbobot 2000 pon (sekitar satu ton) di daerah di selatan Gaza yang ditujukan sebagai tempat pengungsian warga sipil.

Menurut surat kabar Amerika tersebut, mereka memrogram kecerdasan buatan untuk memindai gambar satelit dari selatan Gaza mencari lubang yang dihasilkan oleh bom, mencari lubang dengan lebar sekitar 40 kaki (12,19 meter) atau lebih, yang dibuat oleh bom berbobot satu ton di tanah pasir Gaza.

Surat kabar tersebut menemukan 208 lubang dalam gambar satelit dan rekaman pesawat tanpa awak, dan karena keterbatasan gambar satelit dan perbedaan dalam dampak bom, mungkin ada banyak kasus yang tidak terdeteksi.

Mereka juga mengungkap bahwa Amerika telah mengirim lebih dari 5000 peluru dari model MK-84 – jenis bom yang berbobot 2000 pound sejak Oktober tahun lalu.

Sebuah laporan dari Associated Press menyebutkan bahwa serangan Israel terhadap Gaza, setelah lebih dari dua bulan, telah menyebabkan tingkat kerusakan yang lebih besar daripada penghancuran Aleppo di Suriah antara tahun 2012 dan 2016, atau Mariupol di Ukraina, atau serangan sekutu terhadap Jerman selama Perang Dunia II.

Lebih dari 53 ribu ton bahan peledak telah Dijatuhkan ke Gaza

Kantor Informasi Pemerintah menyatakan, pesawat Israel terus melakukan agresi dengan mengebom rumah-rumah warga sipil dan merobohkannya di atas kepala penduduknya.

Israel menjatuhkan lebih dari 53.000 ton bahan peledak, menjadikan setiap meter di Gaza sebagai target dan sasaran serangan langsung.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here