Pemimpin gerakan perlawanan Islam (Hamas), Osama Hamdan, menyatakan bahwa usulan utusan kepresidenan Amerika Serikat untuk kawasan, Stephen Witkoff, hanya terbatas pada pertukaran tahanan dan tidak mencakup gencatan senjata, pembukaan perbatasan, maupun pengakhiran blokade. Ia menegaskan bahwa Hamas tidak dapat menerima kembali ke titik nol.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Senin malam, Hamdan menjelaskan bahwa usulan Witkoff hanya menawarkan pertukaran tahanan sebagai jalan keluar dari kesepakatan gencatan senjata.
Menurut Hamdan, yang dibutuhkan saat ini adalah kembali ke kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang diumumkan pada Januari lalu atau menerima usulan Hamas untuk membebaskan tahanan Israel yang memiliki kewarganegaraan ganda.
Pada 14 Maret lalu, Hamas mengumumkan kesediaannya untuk membebaskan tentara Israel yang ditawan, Aidan Alexander, yang memiliki kewarganegaraan AS, serta menyerahkan jenazah empat tahanan berkewarganegaraan ganda.
Terkait hal ini, Hamdan mengatakan bahwa Amerika Serikat sendiri yang awalnya mengajukan usulan pembebasan tentara Israel tersebut. Ia menambahkan bahwa usulan Witkoff diajukan sebelum ada pembahasan lebih lanjut.
“Ketika Amerika menyadari bahwa Israel tidak merespons, mereka mengusulkan pengembalian tentara Aidan Alexander,” jelasnya.
Hamdan menegaskan bahwa blokade terhadap Gaza, kebijakan kelaparan, dan penutupan perbatasan “tidak dapat diterima oleh rakyat Palestina.” Ia juga menuntut agar peralatan medis dan alat berat untuk mengangkat puing-puing diperbolehkan masuk ke Gaza.
Ia menegaskan bahwa Hamas tetap berpegang pada kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya, serta siap memberikan kemudahan dalam implementasinya. Menurutnya, gerakan tersebut siap menjalankan langkah-langkah yang dapat memperlancar penerapan kesepakatan tersebut.
Hamdan juga menyebutkan bahwa para mediator tidak berhasil menekan Israel untuk memasuki tahap kedua dari perjanjian, begitu pula Washington yang tidak memberikan tekanan terhadap Israel agar mau bernegosiasi pada tahap lanjutan.
Ia kembali menegaskan bahwa Hamas tidak keluar dari jalur kesepakatan dan tetap berkomitmen untuk menjalankannya demi kepentingan rakyat Palestina.
Israel Ingin Perpanjangan, Hamas Tetap Teguh pada Tahap Kedua
Tahap pertama kesepakatan berakhir pada 1 Maret lalu tanpa adanya kesepakatan mengenai tahap-tahap berikutnya, meskipun perang terbuka belum kembali dimulai.
Tahap ini berlangsung selama enam minggu, di mana Hamas telah membebaskan 33 tahanan Israel, termasuk delapan di antaranya dalam kondisi tewas. Sementara itu, Israel telah membebaskan sekitar 1.800 tahanan Palestina, termasuk ratusan tahanan dengan hukuman seumur hidup dan vonis berat.
Setelah tahap pertama berakhir, Israel meminta perpanjangan hingga pertengahan April, namun Hamas bersikeras agar kesepakatan segera berlanjut ke tahap kedua yang seharusnya mengakhiri perang.
Di sisi lain, Witkoff menolak usulan Hamas untuk membebaskan satu tahanan Israel berkewarganegaraan Amerika serta mengembalikan jenazah empat lainnya yang memiliki kewarganegaraan ganda. Dalam pernyataannya kepada CNN, ia mengatakan bahwa usulan Hamas terkait gencatan senjata tidak dapat menjadi dasar perundingan.
Witkoff juga menyebut bahwa jawaban dari Hamas terkait perpanjangan gencatan senjata di Gaza “sama sekali tidak dapat diterima.” Ia mengungkapkan bahwa proposal Amerika terkait gencatan senjata mencakup pembebasan lima tahanan yang masih hidup, termasuk Aidan Alexander.
Sementara itu, media Israel sebelumnya melaporkan bahwa Israel telah menawarkan perpanjangan gencatan senjata selama 50 hari dengan syarat Hamas membebaskan sebagian dari 58 tahanan, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, yang masih ditahan di Gaza.
Sumber: Al Jazeera