Spirit of Aqsa- Situs berita Amerika Mondoweiss melaporkan bahwa serangan terhadap Profesor Tiffany Willoughby-Herard di Universitas California pada Mei 2024 mengungkap adanya penindasan terus-menerus terhadap gerakan mahasiswa pendukung Palestina di seluruh Amerika Serikat. Namun, para aktivis tetap tangguh dan membutuhkan dukungan.
Dalam laporan yang ditulis oleh Amira Jarmakani, disebutkan bahwa 50 pengunjuk rasa dipanggil untuk diadili setelah penangkapan mereka pada Mei 2024 dalam protes anti-genosida di Gaza yang diadakan di Universitas California. “Panggilan diam-diam” ini, menurut laporan, merupakan bagian dari kebijakan “penindasan terselubung” di universitas-universitas Amerika, termasuk melarang mahasiswa masuk kampus dan memberlakukan sanksi untuk membungkam suara mereka.
Dukungan untuk Profesor Herard
Profesor Herard menerima dukungan dari Asosiasi Ilmu Politik Amerika dan Asosiasi Studi Amerika, serta lebih dari 11 ribu tanda tangan dalam petisi yang menyerukan pencabutan tuduhan terhadapnya.
Mondoweiss mengingatkan bahwa aksi protes mahasiswa ini terjadi dalam konteks genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, mencakup penyiksaan dan pembunuhan dokter, pembunuhan dan penargetan jurnalis, serta pemblokiran bantuan kemanusiaan yang menyebabkan kelaparan massal.
Para mahasiswa percaya bahwa menarik investasi universitas dari perusahaan senjata dan perusahaan lain yang mendapatkan keuntungan dari perang adalah satu-satunya pilihan etis dalam menghadapi penderitaan manusia di Gaza. Ini bukan pertama kalinya mahasiswa Amerika memimpin kampanye melawan sistem apartheid, seperti yang sebelumnya dilakukan terhadap rezim apartheid di Afrika Selatan.
Penindasan di Kampus
Mondoweiss menyebutkan bahwa sekitar 3.200 mahasiswa ditangkap selama protes damai pada musim semi lalu. Taktik yang digunakan bertujuan menghentikan protes kampus dan menciptakan kesan bahwa gerakan tersebut telah mati.
Jaringan Anggota Fakultas untuk Keadilan di Palestina menegaskan bahwa dukungan terhadap gerakan mahasiswa tidak akan berhenti. “Kami masih di sini dan tidak akan pergi. Sebagai peneliti gerakan pembebasan, kami tahu perjalanan ini panjang,” tegas mereka.
Kriminalisasi Mahasiswa
Mondoweiss juga menyoroti langkah kontroversial yang diambil terhadap mahasiswa, termasuk penggerebekan mendadak di rumah mereka untuk mencari bukti “vandalisme” yang terjadi di kampus pada semester sebelumnya. Langkah-langkah ini menargetkan anggota gerakan Students for Justice in Palestine (Mahasiswa untuk Keadilan di Palestina) dan mahasiswa Yahudi anti-Zionisme.
Dalam pengadilan terhadap mahasiswa di Universitas Illinois, dakwaan kriminal seperti “kerusuhan” diajukan, dengan investigasi yang menggunakan metode kontroversial, termasuk pembaca pelat nomor kendaraan dan pengawasan media sosial. Metode ini sebelumnya digunakan untuk mengkriminalisasi protes terhadap kebrutalan polisi terhadap komunitas Afrika-Amerika.
Kolaborasi Polisi dan Universitas
Laporan tersebut memperingatkan hubungan yang semakin erat antara kepolisian kampus dan lembaga penegak hukum. Universitas California bahkan mencoba mengalihkan tanggung jawab tuduhan terhadap Profesor Herard kepada kantor kejaksaan di Orange County. Ini menunjukkan adanya hubungan “saling bantu” antara kedua pihak.
Ironisnya, universitas yang memilih menekan protes mahasiswa justru melewatkan kesempatan untuk mendukung nilai-nilai yang mereka klaim anut. Protes anti-genosida ini mencerminkan solidaritas masyarakat yang patut dicontoh dan berupaya membangun hubungan global untuk mendukung tujuan pendidikan.
Sumber: Pers Amerika