Spirit of Aqsa- Sejak awal pembantaian pada 7 Oktober lalu, penderitaan tak kunjung berhenti di Gaza, dan salah satu contoh nyata adalah kisah Fayez Al-Mubayyid (4 tahun).
Fayez dan keluarganya terpaksa mengungsi dari Kamp Jabalia di utara Gaza menuju Kota Deir al-Balah. Mereka hidup dalam kondisi yang sangat sulit di sebuah tenda yang kekurangan fasilitas dasar.
Keluarga Fayez harus mengandalkan air yang terkontaminasi dan asin untuk membersihkan tubuh mereka, mengingat terbatasnya pasokan air bersih dan kurangnya bahan pembersih serta desinfektan.
Dengan penyebaran penyakit dan pencemaran di sekitar mereka, Fayez mengalami infeksi bakteri dan mulai menunjukkan gejala berupa ruam di tubuhnya tanpa ada perawatan yang mengurangi rasa sakitnya.
Penderitaan Fayez semakin parah dengan suhu tinggi di dalam tenda yang terbuat dari kain dan plastik, dan ia terus-menerus menggaruk tubuhnya yang dipenuhi ruam dan luka yang semakin menyebar setiap harinya tanpa perawatan yang memadai.
Lalat terus menyerang tubuh anaknya akibat bau tidak sedap dari ruam yang menyebar di tubuhnya. Fayez tertular infeksi saat bermain dengan anak-anak yang menderita penyakit kulit di kamp pengungsian.
Fayez mengalami komplikasi kesehatan, kekurangan gizi, dan anemia, dan membutuhkan makanan sehat yang tidak tersedia serta tidak mampu mereka beli karena harga yang tinggi dan tidak adanya sumber pendapatan akibat perang.
Pengobatan yang ada tidak memberikan hasil dan luka serta ruam terus meningkat seiring waktu karena lingkungan mereka yang penuh kuman, pencemaran, dan sampah. Ia berharap agar perang di Gaza segera berakhir sehingga ia bisa kembali ke rumah bersama keluarganya.
Sumber: Al Jazeera, Anadolu