Jenine Amro, seorang mahasiswa yang baru saja dibebaskan, telah kembali ke kampung halamannya di Kota Hebron, selatan Tepi Barat, setelah dibebaskan oleh otoritas Israel pada Senin pagi dalam tahap pertama kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan.
Jenine (25 tahun) menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan kepada warga Gaza. Ia mengatakan, “Mereka adalah mahkota kepala kami. Terima kasih banyak kepada warga Gaza, mereka telah berkorban sehingga kita bisa bangkit.”
Ia menambahkan, “Rahmat bagi para syuhada Gaza, dan insya Allah, para tahanan lainnya akan segera meraih kebebasan.”
Sebelum pembebasannya, ayahnya, Muhammad Amro, mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa dirinya menerima ancaman dari petugas Israel, seperti halnya keluarga tahanan lainnya, yang memperingatkan agar tidak mengibarkan bendera atau mengadakan perayaan.
Jenine, seorang mahasiswa di Universitas Hebron, ditangkap oleh pasukan pendudukan Israel dan ditahan secara administratif dengan perpanjangan berkali-kali hingga total 14 bulan penahanan.
Israel membebaskan kelompok pertama tahanan yang berjumlah 90 orang, terdiri dari 69 perempuan dan 21 remaja serta anak-anak, setelah menunda lebih dari 8 jam sejak Hamas di Gaza membebaskan tiga tahanan perempuan Israel pada Minggu malam.
Pasukan Israel menjadikan area dekat Penjara Ofer di Tepi Barat sebagai zona militer tertutup, melarang warga Palestina berkumpul, dan menembakkan peluru tajam serta gas air mata, yang menyebabkan beberapa warga Palestina terluka.
Namun, ratusan warga Palestina dari berbagai kota berkumpul di Beitunia, barat Ramallah, menyambut hangat para tahanan yang dibebaskan dengan mengibarkan bendera dan meneriakkan slogan-slogan dukungan untuk perlawanan.
Sumber: Al-Jazeera