Puluhan demonstran Israel pada Rabu (28/5) menyerbu markas Partai Likud—partai yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang kini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional atas dugaan kejahatan perang. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes atas kegagalan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan tawanan Israel di Gaza.
Menurut laporan Channel 12 Israel, polisi menangkap 30 demonstran yang menerobos masuk ke markas yang terletak di lantai 11 gedung “Zeev Castle” di Tel Aviv.
Lebih dari 100 demonstran dikabarkan melakukan aksi duduk di dalam kantor partai, menegaskan bahwa aksi mereka non-kekerasan. Mereka menyatakan akan bertahan selama 600 menit, sebagai bentuk simbolik atas 600 hari agresi Israel di Gaza dan masih tertahannya tawanan Israel di tangan pejuang Palestina.
Dalam video dan foto yang beredar, tampak aparat Israel menggunakan kekerasan untuk membubarkan aksi, sementara beberapa pengunjuk rasa bahkan merantai tangan mereka ke tangga gedung.
Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa para demonstran menyerukan kepada Netanyahu agar segera menyepakati kesepakatan pertukaran tawanan. Di luar gedung, ratusan orang juga melakukan aksi blokade jalan, beberapa mengenakan topeng bergambar wajah Netanyahu dan para menterinya, serta baju oranye menyerupai pakaian narapidana yang dijatuhi hukuman mati.
Media Haaretz menyebutkan bahwa puluhan demonstran menutup Jalan King George di Tel Aviv, dalam pawai menuju “Alun-Alun Tawanan”.
Aksi ini terjadi di tengah kemarahan publik yang terus meningkat setelah 600 hari agresi brutal Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina, sepertiganya anak-anak. Namun Netanyahu tetap bersikukuh menolak menghentikan perang, bahkan menyatakan ingin melanjutkan rencana pendudukan penuh atas Jalur Gaza.
Netanyahu kini dituduh oleh oposisi dan keluarga para tawanan sebagai sosok yang mempertahankan perang demi melayani kepentingan kelompok sayap kanan ultranasionalis dalam pemerintahannya, serta demi melanggengkan kekuasaan pribadi.
Sumber: Al Jazeera, Anadolu, Media Israel