Spirit of Aqsa, Palestina- Kolombia menuntut agar duta besar “Israel” meninggalkan negara Amerika Selatan tersebut. Hal itu ditengarai perselisihan terkait pernyataan Presiden Gustavo Petro yang menyebut serangan zionis Israel ke Jalur Gaza seperti penganiayaan Nazi terhadap orang Yahudi.
Keputusan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Kolombia, Alvaro Leyva, pada Senin (16/10). Dia mengatakan, dubes Israel, Gali Dagan, harus “setidaknya meminta maaf dan pergi” setelah mengkritik perbandingan Petro terhadap serangan “Israel” di Gaza dengan penganiayaan Nazi terhadap orang-orang Yahudi.
Leyva mengecam di media sosial tanggapan Gali Dagan terhadap Petro, dan menyebutkan sebagai tindakan yang memalukan.
Petro, dalam salah satu unggahan di X, sebelumnya Twitter, menyebut Menteri Pertahanan “Israel” Yoav Gallant menggunakan bahasa tentang rakyat Gaza serupa dengan apa yang “dikatakan Nazi terhadap orang Yahudi”.
Zionis Israel melancarkan pengeboman tanpa henti di Jalur Gaza setelah pejuang Hamas melancarkan operasi Taufan Al-Aqsa pada 7 Oktober di pangkalan dan permukiman “Israel”. Operasi itu menewaskan lebih dari 1.500 orang, termasuk tentara.
Pengeboman “Israel” di Gaza telah menewaskan sedikitnya dua ribu lebih warga Palestina. Kampanye ini dikecam oleh para ahli PBB karena berada di ambang “pembersihan etnis massal”.
Presiden sayap kiri pertama Kolombia menegaskan bahwa “masyarakat demokratis tidak bisa membiarkan Nazisme kembali berkuasa dalam politik internasional.”
Selain itu, Permintaan itu hanya sehari setelah Presiden Kolombia Gustavo Petro mengancam akan menangguhkan hubungan dengan Israel, karena keputusan mereka menghentikan ekspor bahan keamanan ke Kolombia.
Kolombia lewat presidennya menyatakan penolakan terhadap bombardir Israel di Gaza. Israel sendiri berhenti mengekspor amunisi senjata ke Kolombia karena negara ini tidak mau mengecam Hama. Alvaro Leyva pada Senin (16/10) kemudian meminta Duta Besar Israel Gali Dagan untuk meminta maaf dan pergi.
Pernyataan Leyva ini meningkatkan ketegangan diplomatik antara Kolombia dan Israel. Kementerian Luar Negeri Israel sebelumnya telah memanggil duta besar Kolombia dan menegurnya atas komentar Presiden Petro yang menunjukkan sikap “bermusuhan dan anti-Semit”, serta menolak mengutuk serangan Hamas terhadap Israel baru-baru ini.
Petro menyatakan penolakannya untuk “mendukung genosida” dan menjanjikan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Israel menegaskan keputusan untuk menghentikan pengiriman amunisi senjata ke Kolombia, meskipun sebagian besar senjata yang digunakan oleh Angkatan Bersenjata Kolombia termasuk senapan, pesawat Kfir, baterai anti-pesawat, tank dan radar, drone, rudal jenis Spike yang digunakan di helikopter harpy, kendaraan lapis baja, amunisi, mortir dan sistem maritim, berasal dari Israel.
“Jika kami harus menghentikan hubungan luar negeri dengan Israel, kami akan menangguhkannya. Presiden Kolombia tidak akan dihina,” ucap Petro.