Para pengungsi Palestina yang kembali ke Beit Hanoun di utara Gaza berusaha beradaptasi dengan kondisi setelah kehancuran besar akibat serangan Israel. Beit Hanoun menjadi titik awal dan akhir operasi militer darat Israel sebelum gencatan senjata dengan pejuang Palestina dimulai 10 hari lalu.

Banyak keluarga mendirikan tenda di atas puing-puing rumah mereka, sementara sebagian lainnya terpaksa berkemah di jalan utama karena akses ke rumah mereka masih terhalang reruntuhan. Wilayah ini hampir tidak memiliki fasilitas dasar, dan para perempuan berusaha menyelamatkan pakaian dari puing-puing untuk dicuci sebagai upaya bertahan.

Pemerintah Gaza memperingatkan potensi bencana kemanusiaan jika tidak ada bantuan darurat, dengan kebutuhan mendesak akan 120 ribu tenda dan rumah sementara. Warga juga meminta akses air bersih setelah sumur-sumur dihancurkan Israel. Meski kondisi sulit, banyak keluarga tetap memilih kembali ke tanah mereka.

Selama perang, Beit Hanoun menjadi medan pertempuran sengit antara pejuang Palestina dan tentara Israel. Menurut laporan media Israel, 15 tentara Israel tewas dalam sepekan sebelum gencatan senjata berlaku pada 19 Januari. Kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS ini berlangsung 42 hari dengan kemungkinan diperpanjang, termasuk pengiriman 600 truk bantuan setiap hari.

Dalam tiga hari terakhir, lebih dari 500 ribu pengungsi telah kembali dari Gaza tengah dan selatan ke wilayah utara, meski kondisi di sana masih sangat buruk.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here