Komite Internasional Palang Merah (ICRC) memperingatkan, sistem kemanusiaan di Gaza berada di ambang kehancuran total. Direktur Jenderal ICRC, Pierre Krähenbühl, menyebut kondisi di wilayah terkepung itu sangat buruk dan mengutuk blokade total Israel di wilayah kantong Palestina tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan yang “tidak dapat diterima secara moral maupun hukum.”

Sejak awal Maret, Israel menutup sepenuhnya akses bantuan ke Gaza, memutus aliran bahan bakar, obat-obatan, makanan, dan air bersih. Padahal, bagi lebih dari dua juta penduduk Gaza yang terperangkap, bantuan adalah satu-satunya urat nadi kehidupan.

“Penderitaan di Gaza sudah mencapai titik yang mengguncang akar kemanusiaan kita,” tegas Krähenbühl di hadapan jurnalis di Jenewa.

“Melarang bantuan masuk adalah pelanggaran terang-terangan terhadap hukum kemanusiaan internasional.”

Ia memperingatkan, beberapa hari ke depan akan menjadi masa krusial. Persediaan medis yang tersisa hampir habis, dan kebutuhan dasar seperti bahan bakar serta alat bantu napas di rumah sakit pun tinggal hitungan waktu sebelum lumpuh total.

Gambaran kehancuran ini tak bisa lagi dibungkus dengan retorika politik.

“Biaya kemanusiaan dari perang ini sungguh keterlaluan dan tak bisa diterima,” ujarnya.

Sejak memulai kembali kampanye militer brutalnya usai gencatan senjata, Israel memberlakukan pengepungan penuh terhadap Gaza sejak Maret. Akibatnya, puluhan dapur umum terpaksa tutup pada Kamis ini karena kehabisan bahan makanan—memutus satu-satunya sumber makan ratusan ribu warga yang kelaparan.

“Ini adalah momen yang seharusnya membuat dunia—negara-negara, lembaga internasional, semua pihak yang memiliki nurani—berteriak: sudah cukup!” kata Krähenbühl.

“Kalau ini adalah wajah perang masa depan, kita semua patut panik.”

Laporan juga mengungkap bahwa Israel tengah berupaya mengganti sistem distribusi bantuan PBB di Gaza dengan sistem kendali penuh dari pihaknya, yang dikhawatirkan akan mempolitisasi dan menyaring bantuan hanya untuk kelompok tertentu.

Krähenbühl menegaskan: “Bantuan tidak boleh menjadi alat politik. Yang dibutuhkan sekarang hanyalah satu hal: izinkan bantuan masuk tanpa syarat.”

Tak Ada Kata untuk Gambarkan Genosida Gaza

Dalam pernyataan resmi di platform X, organisasi Médecins Sans Frontières (Doctors Without Borders) mengaku tak lagi punya kata-kata untuk menggambarkan penderitaan di Gaza.

“Kami kekurangan suplai medis, bahan bakar, dan jumlah korban luka berat terus bertambah setiap hari.”

Sejak 2 Maret, mereka tak bisa lagi menerima satu pun bantuan akibat kebijakan blokade total Israel.

Layanan Darurat Gaza di Ambang Mati Total

Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, menyampaikan bahwa 75% armada darurat mereka telah berhenti total karena tidak adanya solar. Mereka juga mengalami kelangkaan generator listrik dan alat bantu pernapasan.

Kementerian Kesehatan: Lebih dari 52.000 SyahidKementerian Kesehatan Gaza mencatat bahwa sejak 7 Oktober 2023, agresi Israel telah menewaskan 52.760 warga Palestina dan melukai 119.264 lainnya. Hanya dalam 24 jam terakhir, tercatat 106 syahid dan 367 korban luka dilarikan ke rumah sakit.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here