Spirit of Aqsa, Palestina – Gelombang kekerasan di wilayah Palestina yang diduduki penjajah Israel sejak tahun 1948 (Palestina 48) meningkat dari hari ke hari hingga sampai ke desa-desa dan kota-kota Arab di pedalaman. Sehingga mereka mejalani hidup dalam kondisi yang paling berbahaya sejak pendudukan Zionis di tanah Palestina. Hal itu diakibatkan oleh meningkatnya pembunuhan langsung yang sengaja mengubur kehidupan ratusan warga Palestina, hingga kejahatan yang terjadi semi-terorganisir itu menghantui kehidupan warga Palestina. Ini merupakan sebuah fenomena yang menimbulkan tanda tanya besar tentang tabiat kejahatan tersebut dan motif utamanya.

Jumlah senjata pribadi yang dimiliki oleh orang-orang yang nama dan alamanya diketahui oleh pihak penjajah Israel belakangan ini telah meningkat. Menurut bocoran Zionis terbaru; sejumlah besar orang Israel di wilayah Palestina 48 memiliki lebih dari 500 ribu senjata.

Sementara penjajah Israel secara terang-terangan dan sengaja mendiamkan tentang kepemilikan senjata-senjata ini, padahal mereka sebelumnya telah mengerahuinya.

Sebarkan kejahatanBelum lama ini, Syaikh Muhammad Abu Najm meninggal dunia akibat luka yang diderita oleh peluru yang ditembakkan orang tidak dikenal saat di meninggalkan tempat kerjanya. Sementara penjajah Israel secara terang-terangan mendiamkan kejadian ini, yang seharusnya melakukan penyelidikan atas insiden semacam itu.Selama tahun 2020, lebih dari 100 warga Palestina meninggal dunia dalam pembunuhan yang terjadi hampir setiap hari, termasuk 17 wanita, pada saat yang sama polisi Israel gagal melakukan tugas mereka untuk mengekang fenomena, yang terus menghantui warga di wilayah Palestina 48 tersebut.

Spesialis dalam urusan Zionis, Imad Abu Awwad, kepada Pusat Informasi Palestina mengatakan, “Tidak ada keraguan bahwa senjata yang tersebar wilayah Palestina 48, yang diperkirakan berjumlah sekitar 500 ribu pucuk senjata, menurut bocoran dari penjajah israel, sebagian besar ada di tangan orang-orang yang diketahui alamat dan keberadaannya oleh penjajah Israel.

Akibatnya, penjajah Israel mengarahkan senjata ini untuk menghabisi orang-orang Palestina di wilayah Palestina 48 dengan menyebarkan kejahatan di antara mereka, dan kejahatan dalam bentuk lain, yang menarget tokoh-tokoh Palestina yang memiliki pengaruh besar, khususnya mereka kader-kader gerakan Islam.

Abu Awwad menjelaskan bahwa peran penjajah Israel dalam menyebarkan kejahatan terletak pada tiga tren. Yang pertama: menutup mata terhadap peredaran senjata dan mendukung beberapa pelaku kejahatan. Yang kedua: polisi abai terhadap perannya, yang tidak menyelidiki atau menindaklanjuti fenomena ini, sehingga berkontribusi dalam satu atau lain cara untuk terus terjadinya aksi-aksi pembunuhan di wilayah Palestina 48.

“Dan tren yang ketiga: ini yang paling penting, di bawah tajuk kejahatan internal, Shin Bet menggunakan senjata ini untuk menghabisi beberapa pemimpin Palestina, khususnya pemimpin Islam” tegas Abu Awwad.Dia menyatakan bahwa penjajah Israel menyadari bahwa syaraf terkuat di Palestina 48 adalah gerakan Islam, gerakan yang melindungi Masjid Al-Aqsha dari yahudisasi di tahun 1990-an, ketika mereka membuka Masjid Marwani dan mengosongkannya dari sampah dan debu.

Penjajah Israel menyadari bahwa gerakan (Islam) ini harus ditangani dengan menghabisi tokoh-tokohnya dengan satu atau lain cara.Kejahatan serba cepatSementara itu, Ketua Partai National Democratik, Dr. Jamal Zahaliqa, mengungkapkan bahwa delapan pembunuhan terjadi pada hari-hari pertama tahun baru. Dia memperingatkan akan meningkatnya kejahatan tersebut, yang ia tegaskan bahwa salah satu penyebabnya adalah praktik rasis Zionis di berbagai bidang kehidupan.

Dalam wawancara dengan Pusat Informasi Palestina, Zahalaqa memperkirakan terjadinya peningkatan kejahatan ini selama tahun ini karena kegagalan polisi penjajah Israel, karena polisi penjajah Israel  tidak menangani fenomena penyebaran senjata ini dan menangkap para penjahat, serta membiarkan mereka bebas tanpa dimintai pertanggungjawaban.

Dia menjelaskan bahwa polisi penjajah Israel mempraktikkan apa yang dia gambarkan sebagai perlakuan diskriminatif antara warga Arab dan Israel di semua bidang kehidupan, bahkan dalam memerangi kejahatan. Dia menyatakan bahwa tingkat kejahatan di kota-kota Palestina di wilayah Palestina 48 adalah yang tertinggi dibandingkan dengan tingkat pembunuhan di Tepi Barat dan al-Quds.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here