Israel disebut tengah berupaya secara sistematis melemahkan kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya disetujui di bawah tekanan Amerika Serikat.

Hal itu disampaikan oleh Mouin Rabbani, peneliti di Centre for Conflict and Humanitarian Studies, kepada Al Jazeera. Ia menilai Israel sejak awal tidak pernah benar-benar menepati komitmen yang tertuang dalam perjanjian tersebut.

“Secara formal memang ada gencatan senjata,” kata Rabbani. “Namun faktanya, lebih dari 100 warga Palestina telah dibunuh sejak kesepakatan itu berlaku.”

Rabbani juga menyoroti bahwa Israel belum menarik pasukannya ke garis yang disepakati dan masih membatasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Menurutnya, Israel kini memanfaatkan dalih baru untuk mengikis kesepakatan secara perlahan.

“Mereka berdalih menunda masuknya alat berat yang dibutuhkan untuk mencari jasad di bawah jutaan ton reruntuhan,” jelasnya. “Padahal keterlambatan itu dijadikan alasan untuk terus menggerogoti isi perjanjian.”

Ia menegaskan, Israel tidak berani secara terang-terangan membatalkan gencatan senjata, sehingga memilih jalan memutar dengan cara mengikisnya sedikit demi sedikit.

“Yang menjadi pertanyaan sekarang,” ujar Rabbani, “adalah bagaimana Amerika Serikat akan merespons proses pelemahan ini — yang jelas sudah berlangsung di depan mata dunia.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here