Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, kembali melancarkan serangkaian operasi militer yang menyasar kendaraan berat milik pasukan Israel di wilayah selatan Khan Younis, Gaza. Operasi ini termasuk serangan terhadap buldoser militer serta upaya menggiring pasukan Israel ke mulut terowongan jebakan yang telah dipasangi bahan peledak.

Menanggapi aksi tersebut, analis militer Kolonel Hatem Karim Al-Falahi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa perlawanan Palestina kini mulai kembali pada ritme dan kualitas serangan seperti sebelumnya. Ia menyebut operasi Al-Qassam kali ini sebagai operasi yang “berkelas dan terencana”.

Menurutnya, kembalinya intensitas perlawanan terjadi karena pasukan pendudukan mulai masuk ke zona gesekan langsung dengan para pejuang.

Sebelumnya, operasi Israel banyak terjadi di wilayah yang telah dikosongkan dari warga dan pejuang akibat perintah evakuasi, terutama di Khan Younis.

“Wilayah yang telah dikosongkan dari sipil justru menjadi arena yang lebih ideal bagi perlawanan untuk menjebak dan menyerang,” ujar Falahi.

Ia menjelaskan bahwa operasi militer Israel biasanya dimulai dengan satuan teknis yang membuka jalan dan menetralkan ranjau agar kendaraan lapis baja dapat bergerak. Namun, ketika satuan teknis ini diserang, itu menjadi tanda bahwa operasi darat Israel mengalami hambatan serius.

Pejuang Al-Qassam dilaporkan menyerang tiga buldoser militer Israel pada Kamis (17/4), serta meledakkan ranjau di bawah dua kendaraan lainnya sehari sebelumnya.

Yang paling mencolok, Al-Qassam berhasil menggiring pasukan Israel ke dekat terowongan jebakan dan meledakkannya ketika sejumlah tentara sudah berada di dalam, menyebabkan korban jiwa dan luka.

Falahi menyebutkan bahwa selama masa gencatan senjata sebelumnya, perlawanan memanfaatkan waktu untuk memulihkan jaringan terowongan bawah tanah.

“Terowongan masih aktif dan kini memainkan kembali peran penting dalam strategi pertahanan Gaza, khususnya di wilayah yang telah dipetakan ulang oleh perlawanan,” ungkapnya.

Ia juga menilai bahwa distribusi ulang sumber daya dan pejuang memungkinkan perlawanan merespons lebih fleksibel dan terarah. Beberapa zona telah disiapkan sebagai medan tempur potensial, namun hanya digunakan saat situasi menuntut.

Pada Ahad sebelumnya, Al-Qassam juga mengumumkan bahwa mereka telah meledakkan sebuah rumah jebakan saat pasukan Israel menyusup ke wilayah Abu Al-Rous, timur Rafah, yang menyebabkan beberapa tentara tewas dan terluka.

Falahi mengungkapkan bahwa unit elite Brigade 36 Israel yang beroperasi di wilayah ini mulai kewalahan, sementara unit lain di bagian Gaza hanya melakukan operasi terbatas.

“Mereka bukan pasukan tempur reguler yang sanggup menghadapi taktik gerilya perlawanan,” katanya.

Dia menilai strategi Israel kini dalam kondisi limbung. Meskipun telah melancarkan serangan darat ke seluruh wilayah Gaza, tujuan utama mereka belum tercapai. Bahkan, tekanan militer yang ditingkatkan tidak akan cukup untuk memaksa pembebasan tawanan Israel.

“Operasi militer kali ini berbeda. Israel kekurangan tenaga tempur, dan moral pasukannya berada di titik terendah,” tegas Falahi.

Dia menyimpulkan bahwa pasukan pendudukan kini menghadapi krisis dalam logistik, koordinasi, dan kemampuan bertempur langsung, dan strategi mereka kini bertumpu pada pengeboman warga sipil serta pemblokiran bantuan kemanusiaan—semua demi memaksa perlawanan menyerah dalam negosiasi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here