Kita tak boleh memperbaiki diri sendiri untuk shaleh sementara membiarkan Qarun-Qarun melakukan kerusakan. Tak cukup melakukan kesalehan pribadi sementara kita turut andil membiarkan Fir’aun-Fir’aun dengan kekuasaannya melakukan kezaliman dan kerusakan di atas muka bumi.
Oleh: Ustadz Dr. Umar Makka, Lc
Tentu ada sebab Allah Ta’ala menghancurkan suatu negeri atau kaum. Hal itu sudah digambarkan dalam Al-Qur’an. Dia berfirman;
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra: 16)
Ada tiga mutiara tadabbur yang bisa dipetik dari ayat di atas, yakni:
1. Akibat orang yang hidup mewah melakukan kerusakan
Allah Ta’ala mengingatkan hamba-Nya tanda-tanda kehancuran dan kebinasaan sebuah kaum atau negeri. Tanda-tanda tersebut sudah disebutkan dalam ayat di ayas, yaitu “mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu”. Ini rumus yang terus berlaku hingga hari kiamat. Allah akan menurunkan hukuman-Nya jika kerusakan sudah muncul di suatu negeri.
Kelompok pertama yang melakukan kerusakan adalah orang-orang yang bermegah-megahan. Orang-orang itu diperintahkan untuk taat kepada Allah, tapi mereka justeru melakukan kerusakan di atas muka bumi dengan harta yang mereka miliki.
2. Suatu negeri hancur karena penguasa berbuat kerusakan
Kelompok kedua sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Qurthubi, ada bacaan lain أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا dengan tasydid pada huruf mim dalam kata أَمَرْنَا. Itu merupakan bacaan Imam Mujahid dan Ali bin Abi Thalib. Bacaan itu artinya tanda-tanda kehancuran suatu negeri ketika orang yang menjadi penguasa melakukan kerusakan.
Saat orang kaya menolak taat dan malah durhaka, maka tunggu saja kehancuran. Demikian pula dengan para penguasa. Para penguasa bisa menjadi penyebab kehancuran suatu negeri jika dia berbuat kerusakan di atas muka bumi.
3. Tak cukup melakukan kesalehan pribadi
Tak cukup menjadi orang shaleh untuk pribadi saja. Itu di antara ibrah di ayat ini yang bisa dipetik. Kita tak boleh memperbaiki diri sendiri untuk shaleh sementara membiarkan Qarun-Qarun melakukan kerusakan. Tak cukup melakukan kesalehan pribadi sementara kita turut andil membiarkan Fir’aun-Fir’aun dengan kekuasaannya melakukan kezaliman dan kerusakan di atas muka bumi. Sebab, jika Allah menghancurkan suatu negeri, semua rata. Orang-orang beriman pun akan kena. Orang beriman dan kafir akan dipisahkan pada hari pembalasan kelak.